Namaku Hannie alias Ayka. Kini aku sudah tak takut lagi dengan yang namanya ditinggalkan. Keseriusan Sehun dalam menanggapi hubungan kami memang kuakui meluluhkan seluruh pertahananku.
Aku senaaang sekali saat akhirnya aku dan dia resmi menyandang status terikat. Walau hanya dalam sebuah permainan fana, tapi aku dapat merasakan kasih sayang yang tulus dari Sehun. Sehun adalah satu-satunya lelaki yang paham bagaimana aku ingin diperlakukan. Aku tidak melebih-lebihkan bagaimana sosok Sehun di muka umum, aku hanya menjelaskan bahwa Sehun memang orang yang seperti itu. Entah dia seperti itu hanya padaku atau memang dia sebenarnya orang yang seperti itu.
Sehun adalah sosok lelaki yang aku idam-idamkan selama aku hidup. Dia adalah sosok lelaki yang paling beda di antara lelaki lain yang aku temui, mau itu di dunia nyata maupun fana. Sehun adalah representasi lelaki imajinasiku selama ini. Aku tak tahu kenapa Tuhan mempertemukanku dengan orang baik seperti dia, tapi aku yakin ada alasan dibalik pertemuan ini.
Sebuah pertemuan dihendaki Tuhan dengan dua kemungkinan yang bisa saja terjadi. Pertama, bertemu untuk bersatu. Kedua, bertemu untuk berpisah.
Selalu, aku berpikiran negatif dahulu setelah bertemu dengan Sehun. Aku harus berpikir negatif dulu karena takut ekspektasiku berbanding balik dengan kenyataan. Aku orang yang sangat tidak suka akan kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, makanya aku jarang berharap banyak pada manusia. Waktu Sehun mendekatiku, aku lebih banyak menikmati apa yang Sehun berikan padaku dan bukan sebaliknya. Aku menyukai dia, aku mencintai dia, namun aku selalu menahan itu semua agar porsi yang kuberikan terhadapnya tak berlebihan. Aku harus menjaga perasaanku agar nantinya jika Sehun tak berujung bersamaku, aku bisa melupakannya dengan mudah—walau rasanya mustahil.
Namun sekali lagi, Sehun adalah lelaki yang aku idam-idamkan selama ini. Aku mulai melemahkan pertahananku dan memberi celah pada Sehun agar aku bisa merasakan apa yang dia rasakan terhadapku. Aku tak menyangka bahwa dia yang lebih menyayangiku, selama ini aku merasa bahwa aku saja yang menyayanginya berlebihan, ternyata dia melebihi rasa sayangku padanya. Aku menyukai itu. Aku suka lelaki yang lebih menyayangiku dari aku menyayanginya. Kata Mama, kalau cari laki-laki itu yang lebih menyayangi kita dari kita menyayanginya karena laki-laki itu akan selalu menjaga kita sebaik mungkin.
Sehun adalah orang yang lucu, orang yang selalu bisa membuatku tertawa. Dia adalah orang yang mampu menciptakan suasana baru di tiap percakapan yang kami lewati. Selalu muncul kelakuan-kelakuan aneh yang dia lakukan yang membuatku terbahak-bahak di depan layar ponsel. Aku pernah mengaku padanya bahwa aku mencintainya karena kebodohan dan ketololan yang dia miliki, dan saat itu juga dia langsung merasa sedih. Dia juga mengirim stiker wajah kecewa padaku, namun itu yang membuatku semakin gemas terhadapnya! Sehun adalah satu-satunya lelaki paling menggemaskan yang pernah ada jika dibuat sedih. Hihihi aku sangat senang jika sudah berhasil membuatnya berwajah seperti itu, rasanya ingin langsung kupeluk—namun tidak bisa.
Sehun seperti lelaki kebanyakan, dia selalu memberiku perhatian lebih dan menyayangiku di setiap kata yang dia lontarkan. Sehun bersikap cuek dan galak terhadap lelaki maupun perempuan lain, tetapi bersikap lembut dan super lucu di hadapanku. Itu nilai tambah yang kudapat darinya.
Bahkan aku pernah berpikir seperti “Ya Tuhan, kenapa bisa-bisanya Engkau menciptakan makhluk selucu dan semenggemaskan ini?!”
Mungkin Sehun akan langsung kesal dan ngambek jika aku mengungkit-ungkit tentang betapa menggemaskannya dia. Sehun tak suka dibilang lucu—padahal niatku mengatakan dia lucu itu seperti aku mengatakan bahwa dia lucu seperti pelawak-pelawak lainnya. Sehun akan langsung bilang bahwa dirinya lebih suka dibilang ganteng, tampan, atau semacamnya. Korelasi antara lucu dan tampan memang agak beda jauh sih, tapi ya sudahlah. Terserah dia. Soalnya kalau Sehun sudah marah, balasan pesannya akan berubah menjadi singkat-singkat! Hihi lucunya~
🌠
Siang hari tak begitu panas di Sukabumi, Rey tetap bisa menjalankan aktivitas belajarnya di kelas dengan damai. Mendung-mendung malu membentang di langit. Cocok sekali cuaca hari ini bagi kedamaiman hati Rey.
Rey adalah tipe manusia yang tak dapat menahan emosi ketika udara berubah menjadi panas. Entah itu efek dari mana, yang jelas ia akan menjadi orang yang sangat tempramen saat merasa udara di sekelilingnya panas. Rey bahkan pernah berkata pada Hannie: “Aku nanti kalau udah lulus nggak mau kerja di Jakarta ah, panas. Bukannya seneng malah marah-marah mulu nanti.”
Dosen hari ini bukanlah dosen killer yang menyebalkan. Pak Tatang selaku dosen mata kuliah Matematika Diskrit adalah dosen yang paling santai menurut Rey. Pak Tatang selalu mengajar hanya dengan duduk di kursi dosen sambil memberi materi lewat Microsoft Power Point yang dipancarkan lewat proyektor. Pak Tatang hanya sesekali berdiri untuk menjelaskan bagaimana suatu soal dapat diselesaikan. Ini yang Rey suka dari Pak Tatang, tidak ribet. Untungnya Rey memiliki otak yang kelewat jenius, jadi semua mata kuliah bisa ia pahami hanya dengan sekejap.
Rey juga duduk di kursi paling belakang bersama teman-temannya yang biasa kumpul di kost-an. Lebih nyaman di belakang kelas katanya.
Pak Tatang sedang asyik menjelaskan beberapa materi sambil duduk, dan ini kesempatan Rey untuk mengobrol dengan Hannie—karena dari pagi Rey tak sempat membalas semua pesan Hannie.