Suara berisik dari rumah sebelah yang sedang merenovasi beberapa bagian rumahnya membangunkan kelelapan Ayka. Hal yang pertama Ayka cari setelah membuka matanya adalah ponselnya-semua remaja zaman sekarang sepertinya memang begitu.
sehun:
selamat pagi sayang 😳 aku mau ngomong sesuatu jadi gini...ekhem, happy monthlyversary yang ke-4 bulan hannie🌹 selamat tanggal 7 yang kelima kalinya hehe
maaf aku nggak nyiapin apa-apa, habisnya aku bingung mau ngasih apa lagi ke hannie 😔 semua yang ada di diri aku udah aku kasih ke hannie termasuk cinta ehe kedengeran gombal ya? tapi beneran kok
sehun:
semoga kita makin lengket kayak lem Korea ya. semoga kamu semakin sayang sama aku, tapi tetep lebih sayang aku ke kamu 😡 aku sayang kamu, banget. kamu jangan pernah tinggalin aku ya? 😔 pokoknya aku seneng sampai detik ini masih bisa bareng-bareng sama hannie. I love you cantik 😳
sehun:
sayang
hey?
banguunn udah siang ai kamu
Senyum lebar terpampang di bibir Ayka secara otomatis. Pesan dari Sehun mampu membuat matanya tidak terasa mengantuk lagi. Jantungnya berdegup kencang. Sehun ... sesayang itu, ya, sama gue? Batin Ayka berbunga-bunga.
Dengan segera Ayka membalas semua pesan Sehun dengan cepat. Tangannya bagaikan tersihir, ia tak perlu berpikir dahulu saat ingin mengetikkan beberapa kalimat yang akan ia kirim pada Sehun. Menurut Ayka, semua yang ia ketik dan ia kirim pada Sehun tak perlu menggunakan akal, biar hatilah yang bekerja membalasnya.
ðŸŒ
"Nih," mama memberikan dua lembar uang dengan warna yang berbeda pada Rey. "Buat sarapan."
Rey mengangguk lalu menerimanya.
"Nanti pulangnya jangan malem-malem, ya, A? Awas kalau pulang malem-malem kayak kemarin, Mama kunciin!"
Rey terkekeh. "Kemarin, kan, Aa lagi ada banyak tugas, Maa. Lagi pula, kan, Aa juga ngerjainnya di kost-an."
"Hih awas, ya! Terus aja tinggal di kost-an, nggak usah pulang sekalian," ujar si mama kesal.
Rey tertawa.
Mama memang orang yang seperti itu. Manja, suka ngambek, suka uring-uringan kalau salah satu anggota keluarga melakukan hal yang tidak disukai mama. Mama seperti anak kecil yang sudah memiliki keluarga sendiri. Menurut Rey, mama lebih cocok menjadi adiknya dibanding mamanya.
Sesampainya di kampus, Rey menjalani aktivitasnya seperti biasa. Belajar, mencatat apapun yang ditulis dosen di papan tulis, mendengarkan semua ucapan dosen, serta memahami apa saja yang dijelaskan dosen di depan kelas. Rey tak pernah merasa terbebani akan hal itu. Otaknya sudah terlampau jenius untuk menghadapi materi-materi sulit sekalipun. Makanya ia sering berkata pada Hannie bahwa dirinya sangat bosan dengan kehidupannya yang begitu-begitu saja. Rey merasa tak ada yang membuatnya merasa susah ataupun senang saat belajar di kampus. Memang beda rasanya menjadi orang jenius.
"Han! Farhan!" Panggil Ikra yang lebih terdengar seperti bisikan.
Farhan yang duduk tak jauh dari Ikra langsung menoleh. "Naon?"
Ikra mengerucutkan bibirnya dan menunjuk Rey dengan bibirnya. Farhan langsung ikut menoleh ke arah yang diperintah. Dahi Farhan seketika mengernyit melihat perubahan yang terjadi pada Rey akhir-akhir ini. Pasalnya dengan mata kepala Farhan sendiri, ia melihat bagaimana Rey setiap hari selalu senyam-senyum sambil memandangi layar ponselnya. Apalagi saat Rey mencoba mengetikkan sesuatu, Rey tidak jarang juga cekikikan sendiri.
Farhan mengangkat satu jari telunjuknya dan meletakkannya dengan posisi miring di depan keningnya sambil sedikit digerakkan. "Udah gila itu anak," ucap Farhan pada Ikra dengan bisikan.
Ikra terbahak tanpa suara. Ikra yang memang lebih akrab dengan Rey sudah bisa menebak bahwa ada seorang perempuan yang mampu membuat Rey berubah seperti ini. Karena menurut Ikra, Rey setiap hari hanya akan diam tanpa suara seraya menunjukkan wajahnya yang dingin dan cuek. Dan wajah Rey akhir-akhir menunjukkan bahwa suasana hatinya sudah berbeda, tak lagi sama seperti yang sudah berlalu.
Merasa ada yang tidak beres dengan sikap aneh temannya, Farhan berniat untuk menanyakannya langsung pada Rey selepas kelas.
Dengan tiba-tiba Farhan merangkulkan tangannya ke bahu Rey hingga Rey kaget lalu menoleh ke arahnya.
"Heh maneh kesambet apaan, sih? Senyam-senyum senyam-senyum, kayak habis kejatuhan duit dari langit aja," ujar Farhan.
Ikra yang tiba-tiba muncul dari sisi lain juga ikut menodong Rey dengan sebuah pertanyaan yang mirip. "Iya atuh ih maneh lagi kasmaran, ya? Ngaku nggak?!"