ROLE PLAYER

Nada Lingga Afrili
Chapter #27

26. Ujian Akhir Semester Ganjil

Mentari pagi menyapa hangat wajah berseri Ayka. Sereal serta susu cokelat sudah ia habiskan untuk memenuhi kebutuhan perutnya. Sepatu sedang ia pakai dengan begitu riangnya. Hatinya menggebu-gebu sejak semalam, seperti sedang kejatuhan duit sekarung saja.

Sebelum melangkahkan kaki keluar rumah, Ayka menyempatkan dirinya untuk mengetik beberapa kalimat.

Hannie:

Selamat pagi sehunnie 😳

Semoga harimu menyenangkan!

Hari ini hannie mau UAS

Deg-degaannn 🤯

Doain aku yaa semoga lancar jawab semua soalnya, aamiin 🙏

Aku berangkat dulu yaa

Bye-bye 😘

🌠

Jauh di sana, Rey tersenyum saat dirinya baru bangun tidur dan mendapatkan pesan lucu di layar ponselnya.

sehun:

selamat pagi hannie 😚

hari" aku menyenangkan kalau ada hannie hehe

whaaa semangat ya hannie💙 semoga bisa jawab semua soal ujiannya, aamiiinnn!

btw aku UAS-nya masih seminggu lagi, setelah hannie UAS :(

iya sayang, hati" di jalan yaa 😘

semangat hannie!

“Kamu teh hari ini nggak ke kampus, A?” Suara mama melesat masuk ke gendang telinganya bersamaan dengan munculnya mama dari balik pintu kamarnya.

“Ke kampus kok, Ma, nanti siang jam satu. Kenapa?”

“Oohh, kirain nggak ke kampus. Nanti tolong beliin bakso di depan SD, ya, beli tiga. Buat mama, Sasa, sama kamu.”

“Iya.”

Selesai mandi dan siap-siap dengan cepat, Rey langsung melesat pergi ke kedai bakso langganannya dengan motornya.

Di perjalanan Rey sedikit resah. Teman-teman SMP-nya tadi pagi mengajaknya kumpul-kumpul lewat WhatsApp. Acara itu bertujuan untuk sekadar menjalin komunikasi yang baik, dan biasanya mahasiswa memang jarang yang mempunyai banyak teman, jadi teman-teman SMP-nyalah yang sering mengajak Rey bermain untuk menemani kesendirian Rey.

Namun Rey tidak mengiyakan ajakan mereka. Rey membiarkan teman-temannya bertanya-tanya mengapa Rey tak membalas ajakan mereka di grup WhatsApp. Teman-temannya pun sudah hafal dengan Rey yang selalu menolak ajakan mereka dengan berbagai alasan yang sudah tak mempan lagi bagi mereka. Rey juga sudah mengatakan hal ini pada Hannie, ia bilang bahwa ia diajak temannya main tapi ia menghindari ajakan mereka dengan tidak membalas chat mereka.

Nanti kalau gue ketemu temen SMP gimana, ya? Ngumpet aja apa, ya? Lagian mereka kenapa sering banget ngajak main, sih? Kayak pada nggak ada kerjaan aja, batinnya.

Rey memarkirkan motornya tepat di depan kedai bakso tersebut. “Mang, bakso 3 bungkus, ya. Pakai mie kuning semua.”

“Siap! Sambelnya dipisah atau disatuin?”

“Pisah aja, Mang, bukan muhrim.”

Si amang tertawa. “Aya-aya wae.” (Ada-ada aja)

Rey duduk di salah satu kursi kosong berwarna hijau muda yang disediakan. Rey memerhatikan jalanan di depannya dengan tatapan kosong. Entah kenapa kalau sedang menunggu seperti ini hatinya terasa kosong, hampa, seperti tak punya apapun yang bisa dipikirkannya. Dan kalau sudah begini, biasanya ia akan memikirkan sesuatu yang random secara tiba-tiba. Sesuatu yang sebenarnya tidak penting baginya.

Kenapa kucing takut air, ya? Hmm mungkin kalau berani nanti ikan-ikan di laut punah kali, ya....

Oh iya, kecoa tuh punya mata nggak, sih? Masa tiap ketemu kecoa terus gue menghindar, dia malah nyamperin gue? Emangnya gue emaknya apa? Diikutin begitu.

Sebenernya setan tuh ada, tapi kenapa orang-orang bilang nggak ada, sih? Mau sok-sokan menenangkan pikiran orang-orang takutan kayak gue gitu? Hih nyebelin. Emang di dunia ini ada yang sama sekali nggak takut sama—

DEG

Mata Rey mendadak membelalak hebat saat menangkap pemandangan yang tak disangka-sangka. Ia lupa bahwa jalanan ini akan dilewati teman-teman SMP-nya yang akan kumpul di sebuah restoran. Dan ternyata detik ini adalah detik di mana teman-temannya melewati jalanan itu.

Seketika Rey langsung berdiri tegak sampai amang baksonya menoleh kaget melihat pergerakan yang begitu cepat dari Rey.

Lihat selengkapnya