Ayka sedang sibuk-sibuknya mencari toko bunga untuk membeli bunga buket. Sudah hampir sekitar satu jam ia berkeliling kota sejuk ini dengan menggunakan mobil yang ia pesan lewat aplikasi online itu, namun tak satu pun toko bunga terlihat di sepanjang jalan itu.
Putus asa, Ayka mulai turun ke jalan untuk menanyakan toko bunga terdekat yang menjual bunga buket. Setelah mendapat jawaban yang diharapkannya dari salah satu perempuan paruh baya yang ia tanya di pinggir jalan barusan, ia langsung bergegas masuk ke mobil dan menyuruh driver tersebut untuk mengikuti instruksinya.
Akhirnyaaa ketemu juga!
Senang bukan main rasanya. Ayka langsung masuk ke dalam toko bunga mungil nan lucu itu. Toko bunga yang bercatkan putih tulang itu terlihat sangat mewah karena letaknya berada di pinggir jalan yang agak kumuh. Dihiaskan beberapa pot bunga yang tergantung di kanopi membuat toko itu terasa sangat menggemaskan. Orang yang tak sengaja lewat di depan toko tersebut pasti akan
“Bunga buat siapa, Teh? Pacarnya, ya?” Amang si karwayan bunga pun melontarkan pertanyaan itu. Seketika merona seluruh pipi Ayka dibuatnya.
“Bukan, Mang,” sahut Ayka malu-malu.
“Oohh kalau bukan pacar berarti calon suami, ya?”
Ayka seketika tertawa, “Aamiin.”
🌠
17 Jam yang Lalu
Krieettt
Tangan halus itu membuka pintu kamar hotel yang baru saja ia pesan melalui aplikasi. Rasa lelah telah menempel pada tubuhnya selama 4 jam perjalanannya tadi. Rasanya ingin sekali langsung mandi dan tidur di kasur empuk itu.
“Kasur gue yang di dekat jendela, ya?” Ujar perempuan sebayanya yang dari tadi mengintilinya di belakang.
“Iyaa. Gue mandi dulu, ya? Udah nggak tahan buat pipis nih, sekalian mandi gitu maksudnya, biar nggak lama,” ujar Ayka.
“Yee begitu mah namanya makin lama. Kayak gue nggak tau lo aje, mandi bisa sampe bikin orang serumah marah-marah gegara kelamaan.”
Ayka tertawa.
Kemudian Ayka masuk ke kamar mandi itu untuk membersihkan seluruh kotoran yang menempel padanya seharian ini. Huft, legaaa sekali rasanya. Dosa-dosa yang ada apa dirinya seperti luntur seketika dibawa kucuran air dari shower.
Hari ini Ayka menginap di salah satu hotel di kota yang selama ini ia dambakan. Ia tidak menginap sendiri, ada sepupunya yang menemaninya. Zahra telah berjanji pada Ayka untuk menolong Ayka suatu saat nanti—saat Ayka benar-benar membutuhkan pertolongannya. Mereka berdua memang pernah membuat janji seperti itu saat masih umur belasan. Mereka berjanji akan saling membantu jika terjadi hal sulit. Mereka juga menginvestasikan janji mereka untuk suatu saat nanti. Ayka dan Zahra berjanji akan saling membantu suatu saat nanti jika ada hal yang penting dan darurat. Kata “suatu saat nanti” itu ternyata ada di depan mata Ayka saat ini. Maka itu, Zahra menyetujui permintaan itu saat Ayka bilang bahwa ia sangat membutuhkan pertolongannya.
“Udah mandinya?”
Ayka berjalan malas dari kamar mandi sambil mengenakan handuk di tubuhnya. “Udah.”
“Beneran udah? Nggak akan bolak-balik lagi ke kamar mandi?”