ROLE PLAYER

Nada Lingga Afrili
Chapter #36

35. Kamu... Beneran Rey?

“Orang tua maneh mana, Rey?” Tanya Toro.

“Lagi pada makan di kantin, laper ceunah.”

Akhirnya... setelah penantian 3 tahun menguras tenaga dan pikiran, GUE LULUS!!! Gilaaa nggak nyangka banget gue bisa lulus kayak gini. Magang gue nggak sia-sia. Otak encer ini juga nggak sia-sia. IPK gue pun 4.00! Wah anjir nggak ngerti lagi gue, ternyata gue bisa, ya, lulus dengan bahagia kayak gini?

Ikra, Toro, Farhan, Dimas, dan Adi lagi sibuk foto-foto. Pacarnya Dimas sama Toro juga datang dan mereka sekarang lagi foto bersama sambil bermesraan di depan teman-teman gue yang jomblo. Gue nggak terlalu suka difoto. Nggak penting juga.

Otak gue lagi nggak bisa mikir lantaran terlalu senang. Ya, gimana nggak senang? Masa kuliah gue sudah selesai dan gue tinggal ngelamar kerja aja di tempat yang ayah gue pernah rekomendasiin. Kalau bisa dibilang sih, hidup gue terlalu mulus kayak paha artis-artis Korea. Gue juga dimintain foto bareng terus dari tadi sama adek tingkat di jurusan gue. Malahan ada anak jurusan lain yang minta foto bareng sama gue. Senang sih gue, jadi berasa kayak artis gini, banyak yang mintain foto hehe. Tapi gue jadi agak risih. Tiap jalan ke sana, ada yang berhentiin buat foto bareng. Tiap jalan ke situ, langsung dikerubungin buat diajak ngobrol dan diajak foto bareng. Noleh sedikit langsung ada yang senyumin, gerak sedikit langsung dipanggil. Hadeuh... risih deh rasanya.

Saat ini kelima temen gue ini sedang asyik-asyiknya cerita tentang masa lalu saat kami semua capek belajar dan magang. Sekarang jadi nostalgia, padahal baru aja lulus. Tapi obrolan ini sedikit menarik karena memang masa lalu kami lucu-lucu, kelakuan kami aneh-aneh, bikin geleng kepala kalau diceritain ulang. Apalagi kalau Ikra yang nyeritain ulang semuanya, kadang nada bicaranya bisa bikin orang ketawa ngakak. Sunda-nya medok parah!

Masih mendengarkan cerita lucu yang keluar dari mulut Ikra, tiba-tiba ada yang menepuk pundak gue secara pelan. Saking pelannya mungkin kalau orang lain yang pundaknya ditepuk begitu nggak bakalan nengok karena nggak nyadar. Tapi untungnya yang ditepuk pundaknya itu gue, jadi gue nyadar dan langsung menoleh ke orang yang menepukkan tangannya di pundak gue.

Gue melihat sosok perempuan yang wajahnya asing. Gue baru pertama kali liat cewek ini di sepanjang hidup gue. Gue sedikit memicingkan mata saat bertatapan dengan cewek itu. Gue bingung kenapa cewek cantik ini ngajak ngobrol gue. Maksudnya, dia mau ngapain? Gue sadar selama ini banyak cewek cantik yang berusaha deketin gue, tapi gue nggak pernah liat cewek secantik dan seindah ini yang deketin gue dengan wajah kikuk malu-malunya.

“Rey, ya?”

Satu kalimat tanya itu membuat sekujur tubuh gue merasa ada aliran listrik yang mengalir begitu deras. Entah kenapa otot-otot di seluruh tubuh gue menegang tiba-tiba. Mata gue membelalak hebat saat menyadari sesuatu yang sedari tadi gue lupakan. Gue perhatikan dia dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seperti asing namun terasa familier.

Leher gue tercekat ketika ingin menyebut satu nama yang sudah ribuan kali gue sebut dalam bentuk ketikan.

“Hannie?!”

Cewek itu tersenyum tepat seperempat detik setelah gue menyebut nama itu.

Satu hal yang nggak pernah gue sangka di dalam hidup gue: betapa cantik dan indahnya orang yang selama ini menyayangi dan mencintai gue dengan bermodalkan ketikan.

🌠

Semburat merah muda seketika muncul di pipi Ayka. Menghiasi wajah cantik itu dengan sangat menggemaskan. Senyuman spontan yang Ayka lakukan sampai membuat Rey mengerjapkan matanya berkali-kali sepertinya adalah jurus ampuhnya untuk menggaet lebih jauh hati sang pujaan.

Lihat selengkapnya