"Heh! Lo di mana? Jawab cepetan!" Bisik Zahra lewat sambungan telepon. Kakinya melangkah memasuki rumah Ayka secara diam-diam melangkahkan kakinya ke rumah Ayka agar siapapun tak ada yang melihatnya. Kepalanya celingak-celinguk ke sana ke mari dengan seluruh badannya yang tegang.
"Di kamar! Cepetan sini!" Jawab Ayka.
Pagi itu Ayka sangat panik. Lelaki yang bernama Fajar dan kedua orang tuanya akan datang ke rumah Ayka. Ayka sudah bilang terus-terusan pada mamanya bahwa ia tidak mau dijodohkan seperti itu, namun mamanya selalu menjodoh-jodohkannya dengan lelaki yang sama sekali ia tak suka.
Sudah berkali-kali pula Ayka dilamar banyak lelaki yang tak dikenal kedua orang tuanya namun Ayka mengenalnya. Mereka adalah teman sekolah ataupun teman kerja Ayka. Tapi Ayka tak pernah menyukai siapapun selain Rey, siapa pun. Jadi, semua lamaran itu ditolak olehnya dan pertemuan yang akan berujung lamaran ini tak dapat ia hindari karena umurnya yang semakin mendesak.
Cklek!
"Tutup pintunya! Kunci!" Perintah Ayka pada Zahra yang baru saja membuka pintu kamarnya untuk masuk ke dalam.
Zahra berjalan cepat menuju Ayka yang sedang panik berjalan lalu-lalang ke kanan dan ke kiri secara berulang.
"Gimana? Dia jadi dateng???"
"Ya, jadi lah!" Sahut Ayka sewot.
Zahra menggaruk kepalanya dengan gusar. "Orang tua lo kenapa segala pake acara jodoh-jodohah, sih? Gila, udah zaman kapan ini?"
"Nggak tau ah." Ayka masih tetap berjalan ke sana ke mari tanpa tujuan. Matanya menatap ke arah lantai. Dari wajahnya ia sangat terlihat sedang berpikir keras bagaimana caranya untuk menghindari perjodohan ini.
"Kalau gue kabur aja gimana?"
Seketika Zahra memandang Ayka datar. Tangannya langsung memukul kepala Ayka dengan kencang.
"Aw!" Ayka meringis kesakitan.
"Palelu kabur! Om sama Tante bisa semarah apa nanti?"