ROLE PLAYER

Nada Lingga Afrili
Chapter #50

49. Lamaran

"Halo, Rey? Lo udah di mana?"

"Udah mau nyampe nih. Lokasi yang lo kirim udah bener, kan? Gue nggak mau ada acara nyasar soalnya, udah kepepet banget nih."

"Ya bener lah! Di saat kayak gini mana sempet gue ngibulin lo? Udah gila kali."

Rey tertawa singkat. "Ya udah, kalau gue udah nyampe Stasiun Bekasi gue bakal nelepon lo lagi."

"Rey."

"Hm?"

"Lo harus gerak cepet, ya. Gue nggak tau keputusan apa yang udah lo buat, dan gue nggak harus tau juga. Tapi, cuma satu yang harus lo inget."

"Apa?"

"Bisa jadi hari ini adalah hari terakhir lo bisa berdua sama Ayka lagi karena... hari ini orang itu mau dateng ke rumah dia dan berniat untuk ngelamar Ayka secara resmi."

Rey menghela napasnya. Berat sekali.

"Iya... makasih, Ra."

Kereta ini lambat. Rey takut terlambat sampai tujuan. Matanya terus bolak-balik dari pemandangan di luar jendela kereta ke ponselnya yang menunjukkan jam di layar kuncinya. Perkataan terakhir Zahra membuatnya semakin berdegup tak karuan. Kacau. Semua hampir hancur berantakan. Ia hanya bisa berharap untuk hari ini. Untuk pertemuannya yang mungkin hanya akan bertahan setelah ia bertemu Ayka nanti.

Lelaki berusia 24 tahun memakai earphone. Sebuah rekaman instrumen lagu miliknya yang waktu itu pernah ia berikan pada Ayka terputar. Mengiang. Memenuhi seluruh ruang di kepalanya. “Beautiful In White” milik Westlife mengembalikan semua kenangannya dengan perempuan itu.

Adegan-adegan indah satu persatu terputar ulang di benaknya. Bagian-bagian yang pernah ia lalui bersama Ayka di dalam dunia fana maupun dunia nyata menyeruak begitu saja. Rasa yang benar-benar nyata seketika membeludak menggetarkan jiwa.

Kepala itu di senderkan pada kepala bangku kereta. Tatapannya menembus keluar jendela. Pemandangan asri tampak seketika, membuat hati jadi lebih tenang walau keresahan memang sulit untuk dihiraukan. Rey memandang sawah-sawah itu. Memandang pohon-pohon yang melewatinya dengan cepat. Burung-burung yang berterbangan. Rumah-rumah kecil yang juga melaluinya dengan cepat. Untuk sejenak kepalanya kosong. Ia tak dapat memikirkan apa-apa selain mendengarkan dengan serius lagu yang sedang diputar itu. Setelah rekaman permainan gitarnya selesai ia dengarkan, ia memutar lagu versi aslinya. Rey mendengarkannya dengan sangat tenang. Dengan wajah yang sendu.

Not sure if you know this

But when we first met

I got so nervous I couldn't speak

In that very moment

I found the one and

My life had found its missing piece

So as long as I live I love you

Will have and hold you

You look so beautiful in white

Lihat selengkapnya