Perempuan itu melangkahkan kakinya malas, lebih tepatnya menyeret. Matanya sayu seperti kelelahan. Ia menggenggam gagang pintu dengan tidak ada kekuatan sama sekali. Setelah membukanya, matanya membelalak hebat. Lelaki itu! Pujaan hatinya!
"REY?!"
Yang memencet bel tersenyum lebar. Senang. "Assalamualaikum, Cantik."
Wajah Ayka merona. "Waalaikumsalam... Ganteng."
"Ekhem, mon maap di sini orang bukan pajangan," ucap Zahra tiba-tiba.
Ayka langsung menoleh ke arah belakang Rey dan melihat Zahra berdiri di sana sambil memasang wajah geli terhadap kelakuan mereka tadi. Ayka dan Rey seketika tertawa.
Rey menatap lama mata Ayka. Menatap dalam dan sejenak tak mengacuhkan semua ada di sekitarnya. Saat ini ia seperti telah menemukan sesuatu yang hilang. Tidak, bahkan seharusnya sudah bisa dikatakan hilang namun wujudnya masih ada. Rasa gelisah Rey akan lamaran Fajar seketika terlupakan, terganti oleh rasa senangnya bertemu bidadari hatinya.
Zahra mengambil langkah, menyamakan posisinya, berdiri di sebelah Rey. “Ay, dia jauh-jauh dari Sukabumi cuma buat ketemu lo. Ya, kan?” Zahra menyikut lengan Rey.
“I-iya,” jawab Rey tergagap. Gerogi.
Ayka cuma bisa senyam-senyum melihat Zahra dan Rey secara bergantian. Pipinya memerah sempurna seperti kepiting rebus. Ya ampun, rezeki nomplok dari mana ini?
“Terus???” Tanya Ayka.
“Udah cepetan bilang!” Ujar Zahra berbisik pada Rey.
Rey menarik napasnya secara maksimal lalu menghembuskan ya secara perlahan. Mengerjapkan matanya berkali-kali seraya melemaskan otot-otot di badannya. Ayka menahan tawanya melihat kelakuan Rey. Manis sekali kekasihnya ini. Zahra merasa bahwa ini adalah saat-saat mereka harusnya hanya berdua.
“Gue masuk, ya? Laper mau nyari makan di kulkas.” Zahra akhirnya melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.
Kemudian saat sudah siap dengan semua keadaan, Rey akhirnya mengatakan semua yang perlu ia katakan. Semua yang seharusnya ia katakan pada Ayka sejak dulu. Semuanya....
“Sebelumnya... aku mau minta maaf sama kamu.”
“Minta maaf... karena?”
“Karena udah bikin kamu nangis malam itu.... Minta maaf karena udah bikin air mata kamu jatuh tiap malam.”
Ayka terkesiap. Apa? Dia tau dariman— oh iya.... Zahra.
“Iya,” kata Ayka. Lalu tiba-tiba ia terkekeh, “Nggak apa-apa. Akunya juga cengeng.”
“Hmm... kamu sama cowok itu udah...?” Mata Rey menatap Ayka dalam. Mencari jawaban atas pertanyaannya yang tak jelas namun dimengerti Ayka.
Ayka menggeleng pelan. Tersenyum, “Belum. Lamarannya ditunda, kakeknya masuk rumah sakit.”