“Cantik.” Aku memuji Cheska secara refleks. Untunglah aku melakukannya tanpa suara.
Cheska tersipu dan wajahnya mulai memerah. Seperti biasa.
Aku menahan keinginan untuk menghambur dan memerangkapnya dalam pelukanku. Tidak akan kulepaskan sampai aku merasa cukup. Sayangnya, aku ragu akan merasa cukup untuk memeluknya. Namun, ada Yola di antara kami. Aku meremas kantung berisi setumpuk puding roti keju buatanku sebagai gantinya.
“ROMAN?!”
Demi Tuhan. Yumi. Bagaimana dia bisa berada di tempat ini.
Setelah ratusan hari saling menghindari, kami bertemu lagi di tempat yang tak terduga. Ada begitu banyak perubahan pada dirinya—terlalu banyak—tetapi aku tidak peduli. Dia sudah memutuskan untuk berpisah dariku, menolak sekalipun aku sudah bersimpuh di kakinya untuk memohon maaf. Setelah menjalani proses perpisahan yang menguras tenaga dan biaya, dia bagaikan burung yang dilepaskan dari sangkar. Bahkan tidak melawan atau berjuang lebih keras ketika aku yang memenangkan hak asuh Paul.
Sebelum aku atau siapa pun sempat berbicara, Yumi memutuskan sendiri segala sesuatu sesuai keinginannya. Secara tidak langsung dia mengusir Cheska dan Yola dari teras rumah mereka sendiri. Setelah mereka pergi, hak sepatu Yumi berkeletak-keletuk di lantai paving, lalu dia berdiri persis di hadapanku.
Untuk pertama kalinya aku bertatap muka lagi dengannya. Mustahil bila kubilang bahwa tidak ada kelebat kenangan saat-saat kebersamaan yang pernah kami lalui bersama. Shit! Delapan tahun bukan waktu yang sebentar.
Aku memasang kembali maskerku sebagai isyarat bahwa aku tidak ingin bicara padanya. Saat ini atau kapan pun.
**
Yola menuntup pintu rapat-rapat, karena itu kami nekat saja merapatkan diri ke jendela depan yang menghadap langsung ke teras. Aku tentu saja tidak mau melewatkan satu detik pun momen ini. Aku ingin tahu, ada apa di antara Yumi dan Roman.
Pikiran terburuk itu melintas di kepalaku. Tentu saja. Aku tidak sebodoh itu. Namun, kutahan pemikiran itu hingga aku bisa membuktikannya sendiri. Dan—Oh, astaga—seharusnya aku tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan jawabannya. Seharusnya.
Aku membuka kembali chat lama yang pernah dikirimkan oleh Roman. Saat dia meminta izin untuk menghubungiku di luar urusan sekolah dan aku menuduhnya ingin menjadikanku sebagai selingkuhan dari istrinya. Seorang pelakor.
Roman mengirimiku nomor mantan istrinya, meminta aku menghubungi sendiri untuk menanyakan kebenarannya. Bahwa mereka telah lama berpisah.