Tinggal menunggu waktu saja sampai persiapan bisnisku mencapai seratus persen. Kantung kertas sudah, wadah plastik untuk puding juga sudah. Bahkan, menuruti saran dari beberapa pakar bisnis di YouTube yang disarankan oleh Rowan, aku menyiapkan kartu ucapan terima kasih agar pelanggan merasa diistimewakan.
Aku juga sudah membuat akun Instagram khusus untuk promosi. Aku benar-benar serius mempersiapkan bisnisku ini, mencurahkan seluruh waktu dan tenagaku agar segalanya berjalan lancar.
Somat, salah satu anggota timku di kantor lama, bahkan nekat menyusulku resign. Dia ingin bekerja padaku, menjadi admin atau apa pun yang aku butuhkan. “Jujur aja, Bos. Gua bertahan di perusahaan itu karena bantuan elu. Kalo elu keluar, bisa-bisa gua jadi bulan-bulanan orang sana. Sebelum itu terjadi, mending gua mundur dah!”
Aku tidak bisa menolak kesetiakawanan semacam itu. Sejak awal dia bergabung di dalam timku, aku tahu Somat orang yang jujur. Karena kujujurannya itulah target pemasaran perbulan yang dia dapat dari perusahaan sering kali tidak tercapai. Aku selalu membantunya mendongkrak penjualan dengan berbagai cara. Prinsipku adalah semua anggota tim harus merasakan manisnya bonus pencapaian target. Dengan begitu, mereka akan giat mengejar target bulan-bulan berikutnya.
Omong-omong soal target, aku jadi teringat Cheska.
Ini bukan kali pertama aku menghubungkan apa pun dengan perempuan itu. Benar-benar apa pun. Bahkan menatap potongan keju pun bisa membuatku teringat padanya. ‘Gombalanmu kan keju banget, Mas’ katanya waktu itu.
Aku masih menginginkan Cheska. Namun, rasa malu mendorongku untuk tetap diam di tempat. Rasa malu juga yang telah menamparku keras-keras agar tetap tahu diri untuk berhenti menghubunginya lagi.
Dari Yola—yang membantuku mengurus logo Romancheese untuk di kemasan dan promosi di Instagram—aku tahu bahwa dirinya, Cheska, Yumi adalah sahabat lama. Dan Yola pun mengatakan bahwa dia dan Cheska sudah melihat video laknat itu. Tentu saja Yumi tidak akan membiarkan aku melanjutkan hidup dengan tenang. Informasi itu tentu saja membuatku merasa tidak punya harga diri lagi di hadapan Yola—dan Cheska. Namun, sikap Yola yang tidak pedulian membuat aku agak tenang sekalipun sesekali aku masih tidak berani menatapnya lama-lama setiap kali dia mampir ke apartemen ini untuk mendiskusikan urusan Romancheese.
Aku meragukan pertemanan Yumi, Yola, dan Cheska berjalan dengan baik. Sepanjang pernikahan kami, Yumi sama sekali tidak pernah menyebut nama mereka berdua. Seolah-olah mereka telah lenyap ditelan bumi.
“Gue juga heran sama Yumi, tiba-tiba balik lagi seolah sepuluh tahun memusuhi gue sama Cheska bukan masalah yang besar.”