“Terus lo diem aja? Nggak jawab apa-apa? Kok bisa sebego itu sih lo, Cheska!”
Mau bagaimana lagi? Aku pun tidak mengerti kenapa aku bisa sebodoh itu di hadapan Ndoro Santi. Aku diam saja setiap kali diserang olehnya. Dan baru saja sebuah pesan masuk ke email-ku. Sebuah surat peringatan karena aku dianggap tidak bisa diajak bekerja sama. Itu hanya karena aku memanggilnya ‘Ndoro’, panggilan rahasia yang selama ini kami gunakan di belakangnya. Apa jadinya kalau aku benar-benar meledak dan memberontak di depannya?
“Kalo melawan dia, lo akan jadi kayak gue. Dipaksa untuk mengundurkan diri,” sahut Yola seolah bisa menjawab pikiranku. “Tapi setidaknya harga diri lo harus dijaga, dong! Jangan diem terus di depan dia. Makin ngelunjak dia lama-lama!”
Aku mengesah. Sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Tubuhku tiba-tiba saja meremang saat menyadari bahwa Yola pulang dengan membawa sekantung penuh puding roti keju Romancheese. Aku teringat puding roti yang pertama dan terakhir dibawa oleh Roman ke sini, berakhir sia-sia di atas meja makan tanpa tersentuh.
Menyadari arah pandanganku, Yola tersenyum senang. “Ini ada oleh-oleh dari Roman.”
Aku menggeleng. “Kamu saja yang habiskan,” kilahku.
Yola menghalangi langkahku, melarangku masuk kembali ke kamar. “Hubungan lo sama Roman mungkin bermasalah, tapi makanan ini sama sekali tidak bersalah.”
Aku terdiam.
“Seenggaknya lo hargai niat baik dia. Roman merasa bersalah karena sudah bikin lo repot, belum lagi urusannya jadi panjang begini karena lo berani ngelawan.” Yola berhasil membujukku. Aku mendekat dan menerima satu puding keju, mencicipinya. “Dan gue masih kagum karena seorang Cheska akhirnya berani membela diri—dengan cara yang sederhana, tapi sukses sampe bikin Si Ndoro kebakaran jenggot.”
Aku tidak mampu menanggapi Yola karena kelembutan puding roti yang lumer di lidahku. Rasa kejunya tidak kelewat kuat, sampai membuat mual. Aku suka sekali puding roti keju Romancheese ini!
“Tuh, lo pasti suka, kan? Gue aja ketagihan. Dan gue harus berterima kasih sama lo, karena gue bisa ikut terlibat dalam proyek Romancheese ini berkat lo, Ches. Sebagai proyek pertama gue, Romancheese ini berkesan banget karena pemiliknya bener-bener passionate ke usahanya ini.”
Aku tahu bahwa ucapannya yang terakhir itu dimaksudkan Yola untuk memancingku berkomentar perihal Romancheese. Aku tersipu pada awalnya, tapi kemudian kuhardik diriku sendiri karena dengan bodohnya merasa berhak untuk bahagia atas pujian terhadap Roman. Dia ‘kan bukan siapa-siapaku lagi!