Di ruang kerja yang baru saja ia masuki, Zhea melihat ada banyak sekali karyawan yang sedang berkutat di depan laptop mereka. Semuanya bekerja di satu ruangan yang sama dan duduk di bagian divisi masing-masing. Kakinya terus melangkah mengikuti satpam yang mengantarkannya untuk bertemu Danny. Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai ke meja Danny, ia langsung mengenali wajah Danny dari penglihatan matanya. Ia terkejut. Namun ia mencoba untuk tetap bersikap santai.
🍀🍀🍀
Zhea sekarang sudah berdiri di hadapan Danny. Namun Danny masih belum menyadari kedatangannya karena terlalu fokus bekerja.
“Mas Danny,” panggil satpam Rian.
Danny seketika terhenti mengetik. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke Zhea dan Rian.
“Oh iya, maaf.” Makasih, Pak.
“Sama-sama, Mas. Saya balik lagi kerja.”
“Oke!”
Setelah itu Danny mempersilakan Zhea untuk duduk. Zhea masih tidak menyangka, kalau ia sekarang duduk berhadapan dan berbicara dengan pria yang ditemuinya di kedai kopi 3 hari yang lalu.
Lulu, Nadya dan Valerio melirik-melirik ke arah Zhea. Mereka tampak antusias dengan kedatangan rekan kerja barunya itu. Namun berbeda dengan Laura. Anggota tim produksi yang meja kerjanya bersebelahan dengan tim digital. Tatapannya sinis melihat Zhea dan Danny yang sedang berbicara.
“Cantik, ya, Nad.” ucap Lulu pada Nadya.
“Iya, Lu.”
Sedangkan Valerio hanya mengangguk senyum. Ia sepertinya setuju dengan pernyataan kedua sahabatnya itu.
Usai menjelaskan tentang SOP perusahaan, Danny memberikan lanyard dan akses fasilitas perusahaan untuk Zhea. Ia juga meminta bantuan teman timnya agar memberi arahan pada Zhea sebagai karyawan baru. Sebelum lanjut lagi bekerja, Danny memberitahu semua anggota tim digital untuk berkumpul di ruang rapat selesai makan siang.
“Hi, salam kenal. Gue Lulu, dan ini …,”
“Gue Valerio. Hi,” Valerio tersenyum melambaikan tangannya.
“Kalau gue, Nadya. Selamat bergabung, ya.”
“Zhea. Makasih, ya. Salam kenal juga.” jawab Zhea malu-malu.
Setelah itu Zhea mulai dibimbing oleh Nadya untuk bekerja. Sesekali ia juga bertanya dengan ketiga seniornya itu untuk hal yang tidak ia mengerti.
Sesuai perintah Danny, selesai makan siang semua anggota tim digital berkumpul di ruang rapat. Tapi tunggu, sepertinya … masih ada yang kurang. Ya, Rassya. Ia belum terlihat sejak tadi pagi di kantor. Karena kebetulan ia diperintah oleh tim pimpinan perusahaan, Grace Maria, untuk menghadiri acara seminar kantor mewakili tim digital. Ia baru akan kembali ke kantor sekitar jam 1 siang.
Duduk di samping Zhea, Lulu terlihat sibuk dengan ponsel yang ada di genggamannya. Jari-jarinya yang lentik begitu sigap mengetik dan mengirim pesan.
Seseorang mengetuk pintu dari luar. Kemudian tangannya perlahan membuka pintu itu dan masuk ke dalam ruang rapat. Adalah Rassya. Desain grafis perusahaan shopping bag. Wajahnya yang tirus, putih dan tampan itu terlihat sedikit lelah. Tubuh Rassya juga tinggi seperti Danny. Ia berjalan memegang ransel yang tersandang di sebelah bahunya, mencari kursi untuk duduk. Saat berjalan tanpa sengaja matanya langsung tertuju pada Zhea. Ia pun langsung bergegas mengambil kursi kosong di dekat Lulu dan duduk di sampingnya. Kemudian ia merogoh ponselnya dari saku celana. Kacamata transparan yang sedari tadi menggantung di batang hidungnya, kini ia lepaskan. Ia mulai membuka pesan masuk yang tak sempat dibaca olehnya tadi.
“Gue baru chek hp.” Rassya berbicara pada Lulu.
“Pantesan, pesan gue belum lo balas.”
Rupanya Lulu mengirim pesan tadi pada Rassya. Ia menyuruh Rassya untuk segera bergegas. Karena rapat sudah akan dimulai.
Rassya melirik lagi ke arah Zhea dengan rasa penasaran. Ingin bertanya dan memastikan secara langsung, tapi ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Pada akhirnya ia hanya berbisik bertanya pada Lulu.
“Siapa?”
“Tim baru digital.” Lulu menoleh menjawab Rassya dengan berbisik pula.
Meskipun begitu, Zhea masih bisa mendengar percakapan singkat mereka tersebut. Karena mereka duduk di deretan yang sama.
Rapat telah dimulai. Danny menjelaskan dengan gagahnya tentang proyek baru yang sedang ia rencanakan. Lengan tangannya yang seksi dan berotot menunjuk-nunjuk ke arah layar proyektor. Ia cakap sekali dalam melakukan presentasi.
“Gimana, ada yang mau ditanyakan?” Danny bertanya menghadap lurus ke depan.
Nadya yang duduk di meja sebelah kanan pun mengangkat tangannya.
“Silakan, lo mau nanya apa?”
“Untuk proyek baru dengan pihak eksternal nanti, gue bareng Valerio atau sendiri ke sananya?”
“Kalian bareng. Karena kita butuh dokumentasi untuk perusahaan. Jadi, Valerio harus ikut.”
Job desc Valerio di perusahaan ini adalah sebagai fotografer dan videografer. Seringkali juga merangkap sebagai editor. Sedangkan Nadya, ia bertugas sebagai public relation di perusahaan shopping bag.
“Oh, oke, Dan.”
“Sama Nadya mulu perasaan. Gak bisa diganti, Dan? Males banget gue. Ntar kerjaannya cuma marah-marah sama gue.” celetuk Valerio dengan gurauannya.
“Dih, gaya lo. Lo kira gue gak males juga ke mana-mana sama lo mulu?”