“Brother, Brother! ” Slamet mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Menyadarkan aku dari lamunan.
“Nah kalo ini benar-benar bahaya, Met!” bisikku.
“Who is she, Brother?”
“Tar juga lu tau sendiri. Yang pasti bakalan ada perang besar antara gue sama tu cewek!”
Slamet diam. Keningnya berkerut. Sepertinya bingung dengan kata-kataku.
Pak Bambang dan gadis yang ternyata Siswi baru itu pun segera masuk setelah Pak Susilo mempersilahkan. Keheningan kelas segera berganti suara desis bisik-bisik. Sedang aku hanya melongo tak berkedip memandang gadis cantik itu. Matanya, hidungnya, bibirnya, Ah..benar-benar membuat hatiku cenat-cenut. Namun, tetap tak seindah dan secantik wanita yang selama ini sering hadir dimimpiku : Dita.
“Mohon perhatian sebentar anak-anak!” Seru Pak Bambang.” Silahkan memperkenalkan diri, Lara,” sambungnya
“Pagi teman-teman. Nama saya Laurin.”
“Pembalut dong!” seruku spontan.
“Eh, jerawat monyet! Itu mah Laurier!” sahut salah seorang lainya.
Grrr..anak-anak tertawa. Laurin hanya senyum. Matanya yang bulat bening menatapku. Deg! Dadaku seolah ditumbuk benda keras. Aku tak dapat berkata lagi. Mata itu seolah langsung menghujam jantungku.
“Tapi teman-teman bisa panggil saya Lara. Dan semoga teman-teman semua berkenan untuk menjadi sahabatku,” katanya.
“Mau mau!” seru Samsul.
Huuu...anak-anak menyorakinya.
”Dasar mata keranjang telur asin lu!” seruku.
“Heh Dewa! Maksud lu apa sih nyela gue terus!?” seru Samsul.
“Anjrit! Di depan cewek aja dianya ngedadak jadi Betmen. Haha...” Aku tertawa. diikuti oleh tawa anak-anak lain.
Sepertinya Lara mulai mengenaliku. Matanya menatap sinis. Tapi aku tak gentar. Bahkan matanya itu, membuat emosiku dua hari yang lalu bangkit kembali. Aku balas menatapnya. Selama 15 detik kami saling tatap mengukur keberanian masing-masing.
“Nah Lara, silahkan duduk bersama Dita,” ucap Pak Susilo lembut. Tatapan matanya menjilati wajah putih Lara.
“Terima kasih, Pak.” Ia berjalan menuju bangku Dita yang kebetulan berada tepat disampingku.
“Aha!” aku tersenyum karena mendapatkan kesempatan membalas hinaannya tempo hari.“Kelas ini bakalan jadi neraka buat lu cewek songong!” umpatku dalam hati sambil terus menatap Lara.
Begitu pun dengan Lara, menatapku tajam. Ketika semakin dekat padaku, Lara tersenyum sinis. “Ternyata kita jumpa lagi ya!” wajahnya sedikit menengadah.
“Iye, gue seneng banget lu bisa sekolah dimari. Moga betah ye,” jawabku tetap tenang.
Lara tersenyum pada Dita. Lemudian menyalaminya. Dita pun menyambut perkenalan itu dengan hangat sembari heran dengan potongan dialog kami tadi. Saat Lara membelakangiku, secepat kilat aku taruh permen karet yang sejak tadi aku kunyah di tempat duduknya. Dengan anggun dan selalu menatap sinis padaku, Lara pun duduk. Aku tersenyum penuh kemenangan.
“Satu kosong!” bisikku.
***
Bel pertanda istirahat berbunyi. Aku segera keluar dari kelas diikuti Slamet. Terbayang dalam benak reaksi Lara ketika mengetahui kalau diroknya ada permen karet. Aku tertawa sendiri.
“Kalau tidak kuat lambaikan tangan saja Akhi!” tiba-tiba Slamet berkata. Mulutnya komat-kamit.
“Maksud Lu!” aku mengerutkan kening
“You barusan tertawa sendiri. Kata guru Ay, itu adalah tanda orang yang kesurupan.”
“Lu kira gue lagi ikut uji nyali apa!” seruku. Namun tak urung aku tertawa. “Lu kayaknya lebih baik jadi pelawak dari pada British, Met!”
“No Brother! Ay sudah memantapkan tekad untuk menjadi manusia go internasional.”
“Ck ck ck.. tinggi bener cita-cita lu, Met. Awas jatuhnya sakit lu!”
“Relax brother, Ay sudah siap dengan segala konsekwensinya.”
“Anjrriit ... sekarang lu bisa ngomong konsekwensi, Met!”
Slamet tersenyum bangga. “Ke kantin yuk. Hari ini biar ay traktir you, brother!” ajak Slamet.
“Wah, Lu emang emang sahabat gue yang paling baik, Met. Tahu aja kalau gue lagi bokek.” Aku menyambut senang.
Seperti biasa dikantin telah banyak siswa yang mengisi waktu istirahat dengan mengobrol becanda sambil makan. Bahkan Kantin sekolah juga adalah tempat paling asik untuk ngegosip bagi cewek-cewek dan ngegebet bagi cowok. Namun, ada juga yang menggunakan Kantin sesuai dengan fungsinya. Dan itulah aku.