Sera tampak begitu sibuk memindahkan buket bunga kedalam keranjang sepedanya, bunga-bunga itu akan ia jajakan. Lumayan, lagipula sudah menjadi kebiasaannya di sore hari.
“Kak, aku pergi dulu ya,” pamit Sera, “dan jaga toko ini baik-baik, oke?”
“Kayak mau pergi kemana aja kamu,” Omar terkekeh pelan.
“Bye!” Sera beranjak pergi, tak lupa ia melambaikan tangan kepada sepupunya itu.
Aurora Seraphina, remaja 16 tahun, memiliki mata cokelat terang, rambutnya sedikit bergelombang dan agak kecokelatan. Gadis pemilik ruko sekaligus toko bunga ‘Aurora Florist’ peninggalan kedua orangtuanya, tempat penuh kenangan dengan mendiang ayah ibunya. Sera bersyukur masih diberikan tempat tinggal tanpa perlu ditagih pemiliknya, ruko itu hasil jerih payah orang tuanya.
Sekarang ia hanya sendiri, namun ada Omar sebagai sepupunya yang selalu mengisi hari-harinya di toko bunga itu. Omar orang paling ia sayangi setelah ayah ibunya, walaupun Omar sepupu tirinya, Sera sangat bergantung kepadanya. Hampir setiap hari Omar datang ke toko Sera apalagi jika Sera sedang sekolah, Omar yang mengurusi toko bunga itu. Benar-benar sepupu yang baik.
•••••
Sore di ibukota bukanlah tempat yang cocok untuk menikmati senja dengan damai ibarat padang rumput yang luas dengan aroma tanah yang khas atau seperti pantai dengan desir ombak yang mengalun lembut dan juga pasirnya yang hangat. Tempat jutaan manusia dan keramaian ini senja sore menyelimuti langit yang kekuning-kuningan, awan-awan jingga berarak-arak perlahan menuju tempat mentari menghilang di balik tingginya bangunan megah yang menjulang. Dan juga temaram yang mengiringi kepergiannya.
Di hari yang mulai gelap, seorang gadis tengah mengayuh sepedanya di tengah keramaian. Menjajakan sekeranjang buket bunga beraneka macam sambil berusaha menikmati senja yang mulai redup, semilir angin menerpa wajahnya juga menggoyangkan rambutnya yang dibiarkan tergerai.
Sera memberhentikan sepedanya di pinggir jalan. Wajah manisnya berubah menjadi murung, mata cokelatnya menatap keranjang sepedanya. Sepertinya hari ini tidak ada yang membeli bunganya, padahal Sera sudah berkeliling sebagian kota, terlihat buket-buket bunga tidak berkurang ditempatnya. Gadis itu menghela napas, ia harus segera pulang sebelum hari semakin gelap. Tak apa, mungkin ada rezeki yang lain pikirnya, bibirnya kembali melengkungkan senyuman, Sera melanjutkan mengayuh sepeda untuk pulang.
Ditengah perjalanan pulang, tiba-tiba terlihat motor melaju sangat kencang hingga motor itu kehilangan keseimbangan di jalan yang menikung tajam, motor itu hampir menabrak Sera yang berada tak jauh tikungan tersebut. Akibatnya sepeda yang dibawa Sera oleng dan jatuh, untungnya gadis itu tidak mengalami cidera serius hanya saja buket-buket bunganya sedikit hancur.