Romansa Dunia Berikutnya

Achmad Afifuddin
Chapter #11

Chapter 11: Dia Berkunjung

Matahari semakin meninggi, menandakan bahwa hari sudah semakin siang. Sementara Aku dan Vian belum juga beranjak dari dermaga. Tidak ada pembicaraan setelah kami mengunjungi Kedai Hidangan Laut. Sepertinya, kami tengah sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Aku sendiri tidak yakin apakah Vian juga memikirkan rencana pertemuan kami dengan Fira siang nanti. Paling-paling, ia sedang memikirkan kesalahannya tadi pagi. Keluguan yang membuatku terkekeh sesaat, karena ia tampak bodoh sekaligus serakah.

Satu yang kupikirkan sedari kami kembali dari Kedai Hidangan Laut bukanlah hal bodoh yang dilakukan Vivian, tetapi rencana pertemuan kami siang ini. Memang, sebenarnya hal tersebut tidak bisa disebut sebagai rencana. Lebih tepatnya, itu merupakan janji di antara kami, kendatipun alam telah memisahkanku dengan Fira.

Di tengah lamunanku tentang rencana pertemuan siang nanti, Vian tidak tampak sejauh mata memandang. Padahal, waktunya sebentar lagi. Tentunya, Aku mencoba berkeliling pantai dan dermaga demi menemukan si aneh itu. “Jika Vian tidak jadi ikut, maka sebaiknya Aku tidak datang di rencana pertemuan itu,” pikirku. Jujur saja, rasa deg-degan yang menyertaiku tiap kali akan bertemu Fira sangat sulit dikontrol. Bahkan, terkadang Aku sendiri yang pasif untuk bertemu, sehingga Fira lah yang tampak lebih berusaha dalam menggalakkan agenda date kami.

Sudah hampir satu jam Aku mencari dan menunggu Vian. Namun, batang hidungnya pun tidak terlihat sama sekali. Aku mencoba kembali duduk di dermaga, sembari kembali memikirkan rencana pertemuan kami hari ini.

“Trashh, trashh,” suara pasir yang dilempar menghujam ke punggungku. Rupanya Vivian yang melakukannya.

“Lo kemana aja sih?”

“Nyariin Aku terus nih, hehehe.”

Aku mencoba untuk tidak mengingatkan Vian tentang rencana pertemuan kami dengan Fira. Harapku, kami tidak jadi pergi ke sana.

“Ayo jalan!” Sahutnya.

“Kemana?”

“Dih, kamu yang punya agenda kok kamu sendiri yang lupa.”

Aku tidak membalas.

“Gausah pura-pura bodoh deh. Hmm, atau jangan-jangan kamu berpikir Aku bodoh beneran ya karena kejadian tadi pagi!” Fira kembali melempar pasir ke arahku.

“Jawab ga!”

Aku meresponnya tertawa. Tidak tinggal diam, Aku turut membalasnya.

Setelah lelah saling berperang pasir, kami kembali terduduk di dermaga. Matahari sedang cerah-cerahnya.

“Kamu nggak mau ketemu Fira ya? Kenapa?”

“Enggak kok.”

“Jangan bohong. Gelagatmu tidak bisa ditutupi.”

“Beneran!”

“Ya sudah, ayo jalan!”

Mungkin karena sikapku spontanku, Aku mengiyakannya begitu saja. Pada kemudiannya, Aku menyesali sikap spontanku yang selalu mengiyakan segala sesuatunya. Kendatipun demikian, pertemuan tersebut tidaklah dapat dihindari. Bisa-bisa Vian meledekku karena ketidakberanian seorang pria menemui kekasihnya.

....

Di perjalanan, Aku menanyakannya soal menghilangnya Vivian setelah kami makan di Kedai Hidangan Laut.           

“Main ke hutan bakau.”

“Kok akhir-akhir ini lo sering pergi ke sana? Memangnya ada apa?”

Lihat selengkapnya