Datangnya kesempatan kedua bukan berarti setiap manusia di dunia ini pasti mendapatkannya. Bahkan ada sebagian orang yang sama sekali tak diberikan kesempatan satu kali saja. Tidak mendapatkannya walau secuil, beginilah kejamnya dunia. Namun ada sebagian orang yang justru banyak mendapat kesempatan dan menyia-nyiakan.
Walau begitu banyak permasalahan yang harus dihadapi, bukan berarti kau layak mengucap kata 'nanti'. Percayalah, dalam setiap permasalahan tersebut ada yang bernama peluang. Ialah yang nanti membimbingmu menuju keterwujudan atas apa yang kau harapkan.
Jika kesempatan tak kunjung datang mengetuk, pastikan kau buatkan pintu untuknya. Sehingga saat kau mendengar alunan suaranya, kau dapat membukanya dengan hati bahagia.
* * * * * * * * * *
Sunyi, itulah yang dirasakan oleh Dean sekarang. Dia sekarang hanya termangu menatap suasana malam Ibukota yang gemerlap akan cahaya. Tak bosan ia mengamati jalanan yang ramai. Membuatnya sedikit tenang dengan keadaan yang sedikitpun tak kunjung nampak titik terang. Lagi-lagi ucapan dari Bagas begitu mengena di hatinya. Bagaimana jika Kalisha menyukai seseorang selain dirinya?
Dean mengakui selama ini sudah lama sekali ia tak bertemu dengan perempuan itu. Namun saat ada kesempatan untuk berjumpa, ia sendiri malah mengurungkan niatnya. Lama ia merenung, betapa pengecut dirinya yang begitu ingin memiliki tapi enggan melangkahkan kaki. Hingga terdengar dering telepon dari handphonenya. Dengan malas ia beranjak dan mengambilnya. Terkejut dirinya setelah melihat siapa gerangan yang menghubunginya itu.
"Selamat malam, Dokter Dean," sapa suara yang terdengar berwibawa dan berkharisma itu.
"Selamat malam, Pak."
"Baru tiga hari yang lalu kita bertemu, anda sudah lupa saya ingin dipanggil bagaimana ya?" kekeh orang tersebut, membuat Dean ingat seketika.
"Maaf, Om Satya ... Saya sedang banyak pikiran. Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Dean hati-hati. Entah kenapa, orang ini punya aura yang bisa menciutkan mental lawan bicaranya.
"Hmm ... Besok malam bisakah anda menemui saya? Ada yang ingin saya bicarakan," kata beliau yang langsung pada pokok pembicaraan.
"Sepertinya besok saya selesai agak cepat, Om. Mungkin sekitar jam 8 malam saya sudah luang."
"Ok, sudah saya uruskan transportasi untuk anda. Semua keperluan anda sudah saya siapkan. Besok tepat jam 8 malam. Jangan lupa ya, Dokter Dean ....," pungkas Om Satya yang segera menutup telepon tersebut.
Dean yang masih heran dengan ajakan Om Satya tersebut segera bergegas tidur. Bisa gawat jika besok ia telat dan kesiangan. Malangnya, kata-kata Bagas itu segera terulang kembali dipikirannya. Akibatnya ia baru bisa memejamkan mata tepat di tengah malam. Satu kata, amboi.
* * * * * * * * * *
Sebuah limosin mewah berwarna abu-abu metalik berhenti di depan Dean yang sedang berdiri di depan apartemennya. Dua orang pria berjas rapi dan berkacamata hitam segera keluar dan menemui Dean yang bingung dibuatnya.
"Apakah anda yang bernama Tuan Dean Pamungkas?" tanya mereka sambil melempar senyum penuh keramahtamahan.