Setelah begitu lama waktu dan jarak yang memisahkan, suatu pertemuan pasti selalu dinantikan. Apalagi bersama orang yang kita harapkan. Penantian panjang yang diprakarsai oleh kesabaran pasti berbuah hasil yang rupawan. Seelok mentari di ufuk timur, semenawan baskara di ufuk barat.
Pun takdir seolah berkata demikian, seakan sudah direncanakan oleh Tuhan. Garis-garis waktu itu seolah tepat sasaran, sesuai target yang dikonsepkan. Lebih lagi cakrawala sedang bagus-bagusnya, dengan seisinya yang ikut berhasrat pula. Menyemogakan hal yang diinginkan, agar termudahkan dan menjadi keniscayaan. Mungkin saja.
* * * * * * * * * *
Perempuan jelita itu sedang duduk dan memandang langit. Dean yang sejak tadi diam-diam memperhatikannya mulai resah. Apakah dirinya mempunyai masalah? Sorot mata itu kini terlihat sendu, tampak selarik pilu.
"Dean, kenapa kamu di sini?" tanya Kalisha yang masih menatap rembulan, terlihat anggun.
Acara Om Satya sudah sejak tadi selesai. Sepi, hanya mereka berdua yang sibuk bercengrama dalam sunyi. Sedangkan Om Satya yang mabuk berat akibat kebanyakan minum terpaksa dibawa oleh bodyguardnya ke kamar.
"Aku cuma menghadiri undangan," jawab Dean sambil sibuk mengatur letak dasinya yang sebenarnya terlihat rapi.
Tampak dia tak pandai berbohong tentang alasan sebenarnya. Pasalnya seorang bad liar seperti dirinya pasti melakukan tingkah yang sedikit aneh. Sebelumnya Om Satya sudah mewanti-wanti kepada Dean agar urusan tersebut tidak diketahui oleh orang lain, termasuk anak perempuannya sendiri. Sungguh tak disangka oleh Dean bahwa anak perempuan Om Satya adalah pujaan hatinya, Kalisha. Oh, sungguh kejutan yang amat tak terduga.
"Hanya orang tertentu yang diundang oleh Ayahku, apa kau termasuk kolega bisnisnya?" tanya Kalisha yang sekarang menatap tajam ke arah Dean dengan pandangan penuh selidik.
"I-itu ... aku menggantikan teman dekat Ayahku yang ada sedikit masalah di keluarganya."
"Hmmm ... begitu, ya? kamu nggak berubah banyak, masih saja pemalu," kata Kalisha dengan sedikit tersenyum.
Dean yang sedikit meliriknya langsung bersemu merah, melihat Kalisha senyum sedikit saja dia sudah seperti kepiting rebus begitu. Lesung pipitnya, walau tak terlihat sempurna tapi sanggup mematahkan pertahanan Dean yang telah bersusah payah menyembunyikan ekspresi. Selalu saja ia salah tingkah di dekat Kalisha. Tapi maaf, saat ini tidak ada kontroversi gelas pecah yang jatuh seperti Kalisha dan Bagas di 'Aloha Resto' itu.
"Aku baru tahu kalau kamu anaknya Om Satya," ujar Dean yang sudah bisa mengontrol diri.
"Hahaha ... ih kamu ini, ya. Masa sudah berteman denganku baru tahu?" canda Kalisha yang menepuk pundak Dean.
"Wait, memangnya Bagas tahu?" balas Dean dengan muka merah lagi. Kalisha baru saja menyentuhnya, harap maklum.