Romansa Imaginer

Muhammad Arief Rahman
Chapter #11

Prospek!

Lelah. Lantas mengapa? Ingin pasrah, kau akan kalah.

Kecewa. Memang hanya kau seorang saja?

Sedih. Jangan berlama-lama, agar tidak semakin pedih.

Sabarlah, Kawan. Karena ini satu-satunya cara bijak yang harus kau lakukan.

* * * * * * * * * *

Langit terlihat tak begitu cerah pagi ini. Memang tidak terlalu mendung, jika dibandingkan dengan raut muka Bagas sekarang. Rahangnya mengeras, begitu geram tatkala mengetahui dirinya telah takluk dalam dunia perbisnisan ini. Kalah telak. Saingannya kini lebih menyusahkan dan licin seperti belut. Lihai dan piawai dalam menaikturunkan kurva statistik serta mampu memahami iklim bisnis secara akurat dan ciamik.

"Bagaimana ini tuan, apakah anda benar-benar yakin dengan keputusan ini?" tanya seorang kepercayaan Bagas yang masih terlihat ragu dengan atasannya itu.

"Kau tenang saja, Robert ... kadang kita harus mundur selangkah untuk bisa maju seribu langkah," kata Bagas dengan muka kusam, tak ada lagi yang dapat dilakukan selain mundur sejenak.

Hari ini menjadi tragedi yang mengejutkan bagi dunia bisnis internasional, terkhusus bagi Setyo Group tersendiri. Seratus delapan tahun berdiri gagah dengan jumlah aset yang tak terkira banyaknya. Perusahaan ini akhirnya harus tegar menghadapi kenyataan yang ada. Selama tujuh tahun Bagas mengelola bisnis raksasa milik kakeknya itu dan harus rela mendapati kejayaan Setyo Group usai sampai di sini dan berujung pada dirinya sendiri.

Setelah semua aset berharga dibeli langsung secara keseluruhan, perusahaan tersebut juga harus diserahkan kepada pemilik yang baru. Dengan kata lain kepemilikan Bagas atas perusahaan tersebut adalah nol persen. Pemilik yang baru ternyata adalah orang yang cukup berdedikasi tinggi berdasar pada nilai praktis dan mampu bergerak taktis. Penuh perhitungan dengan potensi dan waktu yang ada. Beliau ingin agar pemulihan besar-besaran ini dilakukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Maka setelah melakukan kesepakatan dengan Bagas, beliau segera mengambil alih kuasa penuh atas perusahaan.

"Senang berbisnis dengan anda, Tuan Bagas," kata Mr. William seraya menjabat tangan Bagas dengan erat.

"Selamat atas kepemilikan baru ini, Mister. Semoga ke depannya semakin jaya," ucap Bagas yang berusaha tersenyum meski terasa pahit dengan keputusan ini.

"Ya, anda juga mesti begitu. Saya amat kagum dengan potensi yang anda miliki selama ini," tutur Mr. William yang langsung dikerubuti oleh para anak buah dan orang-orang kepercayaannya.

Lihat selengkapnya