Kebetulan yang terjadi secara tiba-tiba bisa menyebabkan dua hal. Pertama, terperangah bahagia lantas menganggapnya sebuah keajaiban tak terduga. Kedua, terkesiap sadar lalu marah karena ekspetasi tak sesuai realita. Lantas menganggap bahwa dunia tak cukup adil dengannya. Dasar manusia, selalu mencari elaborasi yang cocok atas dirinya.
Suka tidak suka apapun kejadian yang menimpa, usahakanlah untuk menghayati dan menikmati hal tersebut. Karena percayalah, itu hanya berlangsung selama beberapa saat saja. Kendatipun begitu, lakukan sebaik-baiknya. Karena peran kita di dunia ini hanya sebentar saja. Tak usah dijadikan soal, jika kau tak mampu menemukan jawabannya. Tak perlu pula kau pikirkan, yang ada nanti malah pusing sendiri.
* * * * * * * * * *
"Oh, ternyata ini urusan penting yang mendadak itu, ya?" tanya Bagas dengan sinis yang langsung membuat Dean dan Kalisha terkejut, tak menyangka Bagas yang tiba-tiba datang.
Kalisha langsung cemas karena kini bertemu dengan cinta pertamanya. Salah tingkah dibuatnya. Mujurlah sekarang gelas mereka ada ditengah meja. Sehingga adegan 'gelas pecah' itu tak perlu ditayangkan ulang.
"Lantas apa pedulimu, hah?! Memang kau tahu seberapa penting urusan ini bagiku?" kata Dean yang membalas tatapan dingin Bagas dengan pandangan tak suka. Hatinya kini telah hangus oleh api cemburu itu. Tak puas dengan itu, Dean menggebrak meja dengan kuat. Menyebabkan para pengunjung kafe terdiam dan membuat suasana hening.
"Aku mengajakmu untuk bertemu, De! Kau lebih mementingkan perasaanmu saja, benar-benar egois!" ucap Bagas yang sambil berlalu, meninggalkan kafe.
Sebelum Bagas beranjak, Dean terlebih dulu menarik tangannya dengan kasar. Menyuruhnya untuk tetap diam di tempat.
"Apa maksudnya ini? Kau berhak apa menahanku seperti ini?!" sergah Bagas dengan ketus.
"Aku yang harusnya bertanya padamu. Kenapa ... Kenapa kau merahasiakan semua ini dariku, hah?"
"Hei, kau bahkan tak tahu yang sebenarnya. Makanya aku berniat membicarakannya denganmu malam ini. Tapi kau dengan perasaan cinta konyolmu itu membuat semua yang kurencanakan hancur berantakan!!!" teriak Bagas yang langsung menggema ke seluruh kafe tersebut.
Seorang waitress segera datang dan melerai Dean dan Bagas yang hampir baku hantam itu. Kalisha dari tadi hanya tersedu dan menangis dalam diam. Tak sanggup dia menatap kedua sahabatnya saling benci.
"Kau lihat? Justru kau yang menghancurkan momen setiap orang disini, Gas. Lihatlah dengan mata sialanmu itu, kau merusak suasana malam minggu ini," ucap Dean sambil menunjuk muka Bagas dengan telunjuknya.
"Kau ini ... Seharusnya kau harus sadar dengan semua ini!"
"Apa yang perlu kusadari? Kalau Kalisha menyukaimu? Itu yang kau harapkan bukan? Dasar penikung!!!"