Romansa Imaginer

Muhammad Arief Rahman
Chapter #14

Berbenah

Kebanyakan orang tak benar paham jika perbaikan tak sekedar jadi lebih baik lantas selesai. Sama halnya dengan kepolosan berpikir untuk membuka lembaran baru, serta merta terlihat bagus dan kemilau. Camkan bahwa setiap perbaikan andai sebelumnya terjadi ketidaktelitian walau hanya semili saja, kehancuran berskala besar menjadi momok yang seharusnya ditakuti. Tergoyang sedikit runtuh. Tersulut sedikit hangus. Meninggalkan bekas yang tak elok dipandang.

Cermatilah dengan seksama. Jangan sampai hal yang seharusnya memulihkan keadaan yang ada, justru menikamnya dengan belati tajam berlumur racun. Ketahuilah, daripada membangun kembali bangunan yang telah runtuh, ada baiknya jika merancang dan membuat saja bangunan baru. Dengan harapan esok lusa lebih kokoh dan kuat tahan banting. Pahamilah, daripada menyiram tanaman yang telah layu, ada bagusnya jika menanam tanaman yang baru. Dengan secercah harapan, kelak menjadi lebih indah. Elok dipandang dengan segerombol buah lezat tergelantung di antara lebatnya dedaunan yang hijau. 

Wahai, ternyata ini tak sesederhana yang dipikirkan. Tak mudah untuk buat putusan. Berhati-hatilah membuat putusan. Perhatikan suasana dan keadaan. Sadarilah bahwa tidak semua hal bisa dianalogikan dengan apa yang sebenarnya logis dalam pikiran.

Karena sungguh, ada kalanya kita harus membuang logika demi sekedar menjaga. Walau hanya berlaku singkat, tak mengapalah demikian. Cukup cari waktu dan tempat yang sesuai seraya mempersiapkan kata demi kata. Jangan terburu-buru mengungkapkan. Takutnya nanti malah menjadi beban. Tak layak merusak momen yang sudah terancang sedemikian bagusnya. Hanya karena rasa tak sabaran kita dalam hal mengungkapkan. Ingatlah bahwa bunga mawar terindah sekalipun jika ia tumbuh di waktu dan tempat yang salah. Akan layu begitu mudahnya, hingga mati dengan cara memilukan.

* * * * * * * * * *

"Bi ....," panggil Kalisha pelan yang langsung masuk ke dapur.

"Lho neng Kalisha. Lapar, ya? Sebentar, ini Bibi mau goreng telur. Tunggu di ruang makan aja, neng," kata Bi Imah yang serta merta menyiapkan alat memasak.

"Nggak, Bi. Isha masih kenyang ... Papa sama Tante udah pergi, ya?"

"Oiya, neng ... barusan udah berangkat ke kantor."

"Bi, Isha mau tanya, donk," pinta Kalisha yang memasang tampang memelas itu.

"Tanya apa neng? Pasti soal malam minggu waktu itu, ya?"

Lihat selengkapnya