Sekelam apapun masa lalu yang mempengaruhi relasi antara kita. Jika punya sedikit saja rasa percaya, maka mudah saja memperbaikinya.
Sejelek-jeleknya orang berperilaku asal ia berhasil menanamkan kepercayaan dalam benak orang banyak, tak jadi soal jika dia dipandang baik.
Bahkan urusan sepusing dan serumit perselingkuhan pun akan terlihat sepele jika seluruh pasangan di dunia ini saling menjaga komitmen. Saling percaya, niscaya angka perceraian turun drastis. Silahkan pecat bagian yang mengurus perkara itu dari KUA.
* * * * * * * * * *
Sebuah pesawat tengah melandas di Bandar Udara Internasional Pearson Toronto, Kanada, dengan anggun. Bagas segera bangkit dan bergegas turun, menuju tempat pengambilan bagasi.
"Halo, kau dimana sekarang?" Bagas yang sudah mengambil koper. Dia menelpon Robert untuk mengabari kalau sudah tiba di bandara.
"Saya menunggu di kafe dekat bandara, Tuan. Saya harus menjemput anda di mana?"
"Jemput aku di bandara ini saja. Kita langsung menuju hotel, badanku kelihatannya butuh istirahat." Bagas segera duduk, menunggu jemputannya.
"Baiklah, Tuan. Saya sedang dalam perjalanan."
* * * * * * * * * *
"Malam minggu nanti, apa kau ada waktu?" tanya Kalisha yang tiba-tiba menelpon Dean tengah malam.
"A-adaaa ... Aku free full time!" Dean yang baru bangun terkejut melihat nama Kalisha di handphone-nya. Tak menyangka Kalisha menghubunginya tengah malam. Untungnya dia tak terlalu lelap. Seketika itu ia berasa bangun dari tidur ratusan tahun. Amat segar bugar.
"Bisa temani aku lagi? Aku suntuk seharian di rumah. Belum ada panggilan tugas soalnya." Kalisha yang di sebrang sana terdengar menghela napas.
"Bi-Bisa, di mana?" Dean bersorak dalam hatinya, bertemu lagi dengan Kalisha merupakan anugrah terindah.
"Gimana kalau 'Kopi Janji Jiwa' aja? Kayaknya enak itu." ujar Kalisha dengan nada ceria, terdengar riang.
"Oke, yang penting kamu senang, Sha. Itu yang di daerah Penurunan, Ratu Samban bukan, sih?"
"Ah, iyaaa ... Tepat di depan Bencolen Indah Mall, kok. Kamu udah pernah ke sana, De?"
"Oh, belum sama sekali. Tenang ... Ada teknologi mutakhir yang disebut Google Map, Sha." canda Dean yang tergelak ringan. Entah kenapa akhir-akhir ini semenjak menerima e-mail dari Bagas, Dean dan Kalisha semakin dekat.
"Ih, dasar. Aku masih ingat kalau dulu kamu masih gaptek. Pesan go-food aja nggak bisa. Hahaha ....," tawa Kalisha terdengar keras. Namun bagi Dean itu layaknya kicauan burung di pagi yang cerah, bersahut-sahutan indah. Mereka sejenak bernostalgia, tentang masa-masa persahabatan mereka. Bagas yang banyak digundrungi siswi akibat terlalu tampan nan populer, Dean dengan otak brilian namun berjiwa gaptek seolah baru tiba dari zaman Meganthropus Paleojavanicus beserta kawan-kawannya, dan Kalisha sebagai sang juita berparas jelita macam cinderella di masa depan. Persahabatan mereka benar-benar kompleks dengan keanekaragaman.
Pun seringkali Kalisha mengirim pesan dan curhat di WhatsApp perihal apa saja. Perempuan itu selalu bercerita tentang dirinya, suka dukanya saat tahu ayahnya menikah lagi. Tapi hal itu segera sirna mengingat Tante Edna yang amat baik padanya. Sedu sedan terhadap Bagas pun Kalisha ceritakan kepada Dean. Terkecuali scene gelas pecah di 'Aloha Resto'. Akan memalukan jika hal itu diceritakan kepada Dean.
Sedangkan Dean adalah lelaki dengan tipe pendengar yang baik. Dengan sabar dirinya memperhatikan kata demi kata yang Kalisha lontarkan. Sesekali dirinya memberi nasihat dan koreksi terhadap Kalisha jika memang diperlukan.