Di dunia yang sedang kau jejaki ini, terdapat banyak pilihan yang mengharuskan bagimu untuk membuat sebuah keputusan. Sudah seharusnya kau mengerucutkannya dan meminimalisirkan dari sekian banyaknya pilihan. Hal tersulit adalah tatkala memilah satu dari dua pilihan. Menyortirnya tidaklah mudah, memikirkannya membuatmu resah. Satu musti didapat, satu lagi patut dilepas. Membawa kita bertemu kembali dengan hukum Kirchoff. Tunggu dulu, Masihkah dirimu mengingatnya?
Mari membuka pintu selanjutnya, kita melalang buana sejenak ke negeri tirai bambu. Tepatnya di era Filsafat kuno pada masa Dinasti Zhou. Ialah Confusius, yang juga pernah membahas permasalahan serupa mengenai pilihan. Tahukah? Confusius, atau lebih kita kenal dengan nama Kong Hu Cu. Adalah seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok. Filsafatnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai seorang nabi. Kata-kata kebajikannya yang amat dikenang telah mengubah mindset dari sekian banyak persona di dunia. Begitu bijaknya, amat mempesona.
"Orang yang mengejar dua ekor kelinci, akan kehilangan keduanya."
Bagaimana menurutmu?
* * * * * * * * * *
"De, kau sekarang dimana?" tanya Bagas yang sudah berada di bandara, sedang boarding.
"Hah? Aku sedang di Kopi Janji Jiwa. Memang kenapa, Gas? Kau sekarang sudah sampai Kanada, kan?" Dean bingung dengan pertanyaan Bagas, tak biasanya Dia menelepon jika tidak penting sama sekali.
"Kau sendirian? Oke, dengarkan ini baik-baik, De." Bagas dengan sedikit cemas, bersiap menjelaskan.
"Ah, aku hari ini ada janji bertemu dengan Kalisha. I'm waiting her now."
"Apa?! Kalisha ingin bertemu denganmu? Ok, sekarang aku akan bertolak lagi ke Indonesia. Listen to me, jaga Kaisha baik-baik, De. Just for today. Pastikan ia aman, dan usahakan kau ulur waktu hingga malam. Nanti kujemput kau di Bencolen Indah Mall itu. Ingat, jangan keluar dari area itu, De. Kujelaskan selengkapnya lewat e-mail. Sebentar lagi aku akan take-off. Salam buat Kalisha juga. Bye." Bagas segera menutup telepon tersebut, menarik napas lega.
Untuk saat ini, Bagas belum cukup untuk dikatakan menang. Pasalnya Om Satya memiliki akses dan koneksi yang amat kuat terhadap pihak berwajib, terkhusus di Indonesia. Inilah buruknya citra kepolisian di negeri tersebut. Dimana suap menyuap tak lagi asing dilakukan. Haus akan materi dan kekuasaan, maka dari itu Bagas sudah bisa memperkirakan langkah yang akan diambil oleh Om Satya jika ia menuntutnya sekarang juga. Bagas mesti melakukan pendekatan yang tepat dan bekerja sama dengan Royal Canadian Mounted Police, yaitu kepolisian Kanada yang kini menahan Robert dan komplotannya.
Rekaman di handphonenya serta komplotan Robert seharusnya bisa menjadi bukti yang tak terbantahkan. Namun bukan Bagas jika terpesona langsung oleh kesuksesan di awal rencana. Di sedang di masa yang kritis sekarang. Pasukan tuksedo hitam pun ia ajak terbang juga ke Indonesia untuk berjaga-jaga. Pesawat itu kini telah terisi oleh satu peleton pria berjas hitam dengan posisi acak.
Satu hal yang mengganjal pikirannya saat ini. Bagaimana ia menolak perasaan dari Kalisha. E-mail yang ia kirim waktu itu belum menjelaskan detailnya. Setidaknya Kalisha harus tahu yang sebenarnya, bahwa Bagas pun juga amat menyukainya. Tetapi apa hendak dikata, Bagas lebih memilih persahabatan mereka ketimbang perasaan pribadinya. Seperti yang dikatakan Confusius, ia harus menentukan kelinci mana yang akan ditangkap. Harus ada yang direlakan, konsekuensi yang menjadi beban.
‘Sekarang tinggal mengurus si bedebah itu,’ batin Bagas dalam hati.
* * * * * * * * * *
"Hai, maaf aku terlambat. Sudah pesan apa?" Kalisha dengan napas tersengal akhirnya tiba dan langsung duduk di hadapan Dean.
Dean hanya tersenyum melihat Kalisha-nya yang begitu anggun. Hari ini perempuan itu mengenakan kaus oblong warna cokelat dan celana panjang hitam gombroh, lengkap dengan penyempurnaan sepatu kets putih cemerlang. Setelan bajunya selalu terlihat sederhana, tidak terlalu ribet dan rumit. Namun praktis dan modis, menjadikan Kalisha tampak simply and beauty. Seperti biasanya.