Betul. Mungkin saat kau sedang senang-senangnya di hari ini, boleh jadi esok lusa kau terpuruk dalam jurang kesedihan, lembah kepiluan. Tak ada yang bisa menjamin kalau kau akan senantiasa baik-baik saja. Jangan sampai frustasi hanya karena tak terwujud sesuai keinginan hati. Jangan terlalu lama bersantai hingga menjadikan kita abai. Siap membaca dari semua sisi, sigap menghadapi segala kondisi. Apapun yang terjadi, hindari mengkal hati.
Memang bahwa dunia ini adalah sebuah permainan. Layaknya sebuah game petualangan yang di dalamnya terdapat banyak sekali tantangan, penuh akan hambatan. Survival, Mainstay, Time Waster, Traveler, Socialite, NewsMaker, Bad Habit, Guilty Pleasure, Palate Cleanser, dan masih banyak lagi. Semua itu tercakup dalam game paling menyulitkan dan menyusahkan yang mempunyai nama 'kehidupan'.
Hal yang membedakan dari game-game lainnya adalah kau tidak akan pernah bisa menemukan tombol Continue atau Resume jika permainanmu sudah mengalami Game Over. Berhati-hatilah, waspada akan setiap langkah. Sekalinya kau kalah, habislah sudah. Saat itulah kau segera masuk ke dalam sebuah stage bernama 'kematian'.
* * * * * * * * * *
"Kau serius akan memberi perhitungan padanya?" Pandhu tampak tak yakin dengan rencana Bagas yang menurutnya sedikit kemungkinan untuk menang itu.
Ia sangat tak percaya dengan apa yang telah menimpa Bagas selama ini. Tapi setelah mendengar rekaman dari handphone Bagas itu, Pandhu terperangah hebat.
"Tentu saja. Aku akan kembalikan nama baik Setyo Group seperti semula. Meski aparat Kanada meminta sepersekian persen dari semua aset perusahaan tersebut, tak apa. Akan kubungkam sendiri bedebah itu dengan tanganku ini. Makanya aku minta pertolonganmu, Pan. Bisakah kau membantuku kali ini saja?" urat nadi di leher Bagas sampai timbul, saking emosinya.
"Sulit, Gas. Aku tak berhak atas ini semua. Itu sudah bukan wilayahku lagi, aku hanyalah pelaksana tugas kepolisian Republik Indonesia di wilayah Provinsi Bengkulu saja. Meski Status Kepolisian Daerah Provinsi Bengkulu sudah ditingkatkan menjadi Polda Tipe A dan aku sebagai Inspektur Jenderal di sana, tetap saja ini berbeda yuridiksi hukumnya. Penyampaian keputusan dan arahan Kapolri daerah Ibukota bukan cakupanku lagi. Pihak sana yang akan mengurusnya." Pandhu berusaha memberikan fakta yang tak menyinggung Bagas, bahwa mustahil baginya untuk tetap terjun dalam rencana penuntutan Bagas ini. Karier kepolisian yang sudah ia rintis dari bawah dengan berdasar pada kedisiplinan dewana yang gila-gilaan bisa hancur seketika, lenyap tak bersisa.
"I know that, Pan! Tak usah kau jelaskan aku sudah paham posisimu sekarang. Asal kau tahu, ayahku di bunuh oleh si brengsek Robert di wilayah yuridiksi hukummu!" Bagas yang gusar dengan kenyataan tak selaras dengan apa yang ia harapkan mulai naik pitam lagi. Rahangnya mengeras, situasi semakin memanas.
Tiba-tiba datang seorang waitress wanita sambil memegang sebuah buku berukuran sedang. Dia kelihatan ragu ingin menawarkan menu kopi kepada Bagas dan Pandhu yang sedang bersitegang.
"Emm ... Maaf jika saya mengganggu anda berdua. Saya hanya ingin menyerahkan menu bill of fare dari kafe kami. Silahkan anda tekan tombol disamping jika sudah menentukan pilihan masing-masing. Saya undur diri."
Waitrees tersebut tersenyum ramah dan segera kembali bekerja, sedikit lega karena terlepas dari tatapan Bagas yang tajam.
"Kau tahu bahwa perusahaan beliau itu telah meraup begitu banyak pundi-pundi harta yang ternilai harganya. Mereka hampir bisa membeli semuanya. Politikus, Anggota Dewan, sampai Polisi pun. Mereka semua sudah berada di dalam kantong orang itu. Satya Adi Nugroho, Presiden Direktur. Ah, bukan, sekarang Dialah satu-satunya pengendali bisnis di negeri ini.
Gas, yang kita hadapi sekarang adalah perusahaan raksasa yang menggurita. Dengan dukungan dari para politikus korup yang berhasil mereka beli, mereka bahkan bisa kebal hukum dan berbuat semaunya di negeri ini. Mana sudi pemerintah memenjarakannya hanya karena ayahmu terbunuh di wilayah yuridiksiku," ucap Pandhu dengan sedikit penekanan yang justru membuat muka Bagas semakin memerah.