Semua rencana sudah tersusun rapi, akankah berhasil tanpa cela sama sekali? Bisa jadi, asalkan tahu titik jitu memulai satu dua langkah ke depan, hingga langkah seterusnya.
Saat begitu banyaknya halangan menggerus, jalan saja terus. Tak jadi soal, karena keberhasilan tak selaras dengan kemunduran. Boleh saja jika ingin mundur. Namun, pastikan hanya sekedar mundur sesaat untuk meluncur dengan cepat hingga berkali lipat.
Tak ada ungkapan khusus buat ini semua. Yang perlu diketahui ialah ketetapan hati untuk saling terkoneksi, sebab itulah satu-satunya kunci agar bisa saling memahami dam tidak saling mengkhianati.
* * * * * * * * * *
Bunyi gerung sebuah mobil segera berhenti lantaran tiba di area parkir kediaman milik seorang konglomerat berkuasa itu, siapa lagi jika bukan Satya Adi Nugroho.
Sosok pria tegap dengan ruas-ruas yang tampak memenuhi tubuhnya segera keluar dari mobil, memakai kacamata hitamnya dan mulai pergi menuju ruangan pribadi milik presiden direktur dengan dikawal oleh dua bodyguard bertubuh kekar.
"Tuan Satya sudah sejak tadi menunggu kedatangan anda. Mari kami antar ke ruangan pribadi milik beliau." Salah satu bodyguard itu langsung mempersilahkan dengan gestur yang cukup sopan, namun pistol yang terselip di pinggangnya membuat keramahtamahan tersebut sebagai isyarat untuk tetap was-was. Jangan sampai terpukau dengan apa yang tampak saja.
"Akhirnya ... Aku sudah lama menunggu disini. Apakah jalanan Ibukota berbeda dengan Kota Bengkulu?" canda Satya ketika pria tegap itu masuk ke ruangannya.
"Begitulah ....," jawab pria tegap itu sambil tersenyum kecut, terlihat gusar.
"Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan rekamannya?"
Pertanyaan tersebut seketika membuat pria tegap itu sedikit gugup. "Maaf, seperti yang kau tahu ... Bocah itu amat pandai memainkan taktik jitunya. Bahkan dalam kondisi terdesak seperti itu pun takkan sanggup menghalangi strategi yang ia buat serapi mungkin. Improvisasinya juga terlihat mengejutkan, aku sudah mencari segala hal yang berhubungan dengannya. Nol. Sepertinya dia tak sendirian, Satya."
"Lalu? Itukah alasanmu setelah aku bersusah payah melepaskanmu dari penjara itu?! Apa kau tak tahu berapa banyak uang yang terbuang sia-sia karena kegagalan menyedihkan milikmu itu, hah??! Robert ... jawab aku!!!" Satya berteriak kalap, emosinya mendidih bergejolak. Wajah ramah tamah penuh candanya seketika langsung berubah setelah mendengar kabar mengecewakan dari orang kepercayaannya.
Dirinya benar-benar cemas dengan rekaman di handphone Bagas itu. Sebanyak apapun pejabat hukum yang ia bayar, takkan mampu meloloskannya di sidang pengadilan nanti. Bagaimana pun itu adalah bukti tak terbantahkan, sangat relevan.
Satya tak menyangka kalau rencana yang ia susun dengan apik dan ciamik ini akan gagal total, hancur seketika. Hanya karena mulut Robert yang terlalu gampang membocorkan rahasia itu, musnah sudah harapan baginya untuk bisa bernapas lega. Belum lagi pembunuh bayaran yang ia kirimkan untuk mengurus Kalisha dan Dean tertangkap basah oleh aparat kepolisian.
"Maaf, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Perlu kau tahu ada satu orang yang musti kau bereskan. Inspektur Jenderal Kepolisian Daerah Bengkulu itu ... Dia mulai tak dapat dikontrol, aku curiga ada kaitannya dengan ini semua. Ok, aku akan undur diri dan mencari tahu lagi. Sampai jumpa, Satya," ujar Robert yang memberikan sebuah flashdisk kepada Satya sebelum beranjak pergi.
Satya segera memeriksa data dalam flashdisk tersebut menggunakan laptop miliknya. Mencari data terkait informasi dari Robert, hingga matanya terhenti saat melihat deskripsi lengkap kepala kepolisian itu. Segera ia hubungi beberapa mata-mata miliknya yang berada di Kota Bengkulu.
"Cari tahu tentang Jenderal Inspektur Kepolisian Daerah Bengkulu itu. Kerahkan seluruh agen terbaik kita untuk membereskannya. Tandai orang itu sebagai subject 001. Bawa dia padaku secepatnya, hidup atau mati!" perintah Satya yang badannya kini mulai basah oleh keringat. Dia tak akan pernah bisa tenang sebelum rekaman itu ada di tangannya, bagaimanapun caranya.
* * * * * * * * * *
Seorang Perwira Pertama Kepolisian Daerah Bengkulu tengah melajukan langkahnya ke ruang komandan tertinggi. Memberi laporan harian yang terjadi, serta menyampaikan sesuatu yang amat genting. Namun, kali ini ada yang lebih urgen, gawat darurat.
Entah kenapa tiba-tiba puluhan orang memakai topeng bersenjata lengkap mengepung markas Kapolda Bengkulu dari segala penjuru. Mereka tak sekedar mengancam, bahkan tak segan menembak salah satu Ajun Brigadir Polisi yang ingin menghadang jalan. Satu nyawa polisi melayang, bukan apa-apa bagi mereka. Hanya pembuktian kalau mereka datang bukan untuk main-main.
"Inspektur, kita kedatangan komplotan bersenjata tak dikenal. Mereka bersikeras masuk, bahkan tak segan menembak salah satu Ajun Brigadir. Kita harus segera meminta bantuan markas militer sekarang juga, personel mereka amat banyak," lapor Perwira itu dengan sedikit mengatur napasnya, kejadian ini tak pernah ia lihat sebelumnya.