Romansa Imaginer

Muhammad Arief Rahman
Chapter #26

Epilog

Angin sore berhembus pelan, menggerakkan dedaunan pada pohon-pohon di tiap sudut tempat pemakaman. Semburat senja cakrawala timbul sempurna, hingga sang surya siap kembali ke peraduannya.

Daun-daun kering segera terhempas, saat angin yang kadang mulai berhembus keras. Seolah desauannya menitipkan salam sejuta insan, salam perpisahan. Bagi mereka yang terus bertahan, hingga titik akhir perjuangan.

Segerombolan burung walet membentuk formasi indah. Seakan mewakilkan ekspresi duka yang merana dari seluruh penjuru dunia, terkhususnya bumi pertiwi Indonesia. Menebarkan kicauan sendu teruntuk mereka yang berada di dalam peti, berlapis plastik dan terbujur kaku. Dingin. Langit kelabu mewarnai kepiluan Kota Bengkulu. Belum. rintik-rintiknya masih belum kelihatan. Nampaknya sang hujan urung mengganggu yang demikian. Menunggu prosesi pemakaman selesai dilaksanakan.

* * * * * * * * * *

Satu tahun berlalu, namun wabah baru yang mengkhawatirkan ini tak kunjung reda. Pandemi yang ditakuti seluruh dunia. Tega merenggut mereka yang sudah berdiri di garda terdepan, berselempang semangat yang tak mudah dipatahkan.

Kabar duka ini amat menggemparkan bagi dunia kesehatan yang berjuang melawan pandemi tak berkesudahan. Memang setiap harinya korban jiwa berjatuhan, dua sampai tiga orang. Tapi siapa sangka bahwa Bumi Pertiwi akan kehilangan dua personel hebat dengan kontribusi yang teramat sangat.

Lihat selengkapnya