Blurb
Putu Laksana Wijaya, Ngurah Wicaksana dan Dendi Nugraha telah menemukan jati dirinya bermain musik. Bertiga nyaman dengan itu lalu menghabiskan banyak waktu untuk bermain musik. Tetapi hidup ini tidak milik mereka seorang, orang tua tidak senang dengan hal itu. Orang tua menganggap bermain musik hanya angin lalu yang tidak memberikan hal apa-apa terhadap masa depannya. Masa Depan versi orang tua lah yang selalu benar. Mereka harus mau menjadi apa yang orang tua inginkan. Itu Harus dan Wajib!
Dilema selalu menghampiri mereka, kenapa bermain musik seperti orang yang berdosa di mata ayah dan ibu. Lalu kenapa pula mereka selalu cemas tentang masa depan anaknya. Apalagi ibunya Dendi Nugraha, ia bersikeras agar Dendi menyudahi hobinya. Hal ini ia lakukan karena masa lalunya yang menikahi seorang musisi yang kini menjadi ayahnya Dendi. Rumah tangganya hancur, mereka bercerai disaat Dendi membutuhkan kasih sayang.
Putu, Dendi dan Ngurah contoh anak yang tidak bisa memilih jalan hidupnya. Ia diharuskan untuk memilih masa depan dan musik, atau lebih jelasnya antara musik dan masa depan dan orang tua. Sebenarnya hidup ini akan lebih bermakna ketika mencintai apa yang dilakukan. Apalagi pengakuan dari orang yang mereka cintai dalam hidup ini terus mengalir dalam lantunan doa-doa. Mungkin bahagia akan setiap hari dijumpai. Untuk saat ini, itu saja yang harusnya diberikan oleh ayah dan ibu, selebihnya biarkan mereka yang berjuang sendiri.
Bukankah langit ada dipenjuru dunia manapun, kenapa hanya urusan masa depan harus dicemaskan pula. Lalu, bukankah mencintai seorang anak sangat sederhana, kenapa takut masa depan yang belum pasti perihalnya. Tuhan tidak pernah menghakimi siapapun hanya karena takdirnya berbeda, tetapi orang tua sering membuat takdir anaknya sendiri. Diantara hidup ini hanya dua yang harus dihindari yakni, mencintai orang sama sekali tidak mencintainya dan orang tua yang mengekang anaknya. Salam