Pesawat dari London mendarat tepat pukul 10.00 waktu Seoul. Suasana begitu ramai dengan ingar-bingar suara penumpang yang turun dari pesawat sesaat setelah pintu pesawat terbuka. Ditambah pengeras suara yang tak henti-henti memberikan pengumuman jadwal lalu lintas udara sepanjang hari, bandara Incheon terlihat semakin sibuk.
Tampak seorang cowok bertubuh tegap melangkah dengan mantap menapaki lantai terminal kedatangan bandara. Tubuh gagahnya dibalut paduan setelan pantalon cokelat dan mantel bulu krem, syal rajut bercorak tiger stripe melilit lehernya. Sepatu kulitnya menimbulkan suara ketukan acap kali langkahnya menyentuh lantai. Beberapa orang di sepanjang jalan yang dilalui memandanginya. Di antara mereka ada beberapa yang menyapanya sembari membungkukkan badan, “Annyeonghaseyo.”1 Cowok itu membalasnya dengan senyum dan lambaian tangan. Ia kemudian meneruskan langkahnya dengan tenang menuju kursi ruang tunggu bandara.
Tak sedikit pun ia terlihat risi mendapat perlakuan istimewa dari orang-orang di sekitarnya. Tampaknya ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Yang terpancar di wajahnya hanyalah rona kebahagiaan. Bahkan, hawa dingin kota Seoul yang membuat orang-orang di sekitarnya menggigil dan merapatkan mantelnya erat-erat tak mampu menyurutkan senyum manis di sudut bibirnya.
Hari itu merupakan hari pertamanya menginjakkan kaki kembali ke Korea Selatan. Lebih dari tiga tahun lamanya ia tinggal dan kuliah di Inggris. Namun, negara tempat Ratu Elizabeth berkuasa itu tak akan pernah mampu menyurutkan kerinduan dan kecintaannya pada tanah airnya. Ia begitu mencintai Korea Selatan. Mencintai kebudayaannya, mencintai tanah airnya, dan tentu saja hatinya selalu tergerak untuk mencintai salah seorang gadis Korea juga. Berbagai keinginan dan rencana telah ia susun rapi. Ia sudah menjadwalkan hampir semua kegiatannya hingga beberapa bulan ke depan. Mulai dari mengurus perusahaan keluarga, menangani kontrak kerja sama dengan perusahaan rekanan, hingga mempertimbangkan beberapa tawaran mengajar di beberapa universitas di Korea.
Terngiang kata-kata ayahnya semalam sebelum ia berangkat menuju Korea.