Romantic Destination (Found You)

Alita
Chapter #12

Retak

Dira menaiki taksi menuju kediamannya di Yogya. Selama di pesawat berbagai pikiran mulai menggelayut. Sebelum meninggalkan vila, Pak Made telah menceritakan kedatangan sang ayah malam itu. Kepulangan dengan kereta api dia batalkan karena beliau sudah menyiapkan tiket pesawat untuknya. Ingin sekali dia memperlambat perjalanan demi mengurangi gejolak yang mendera. Ya, Dira tahu benar situasi yang menghimpit Pak Made. Dayu sudah melakukan hal buruk untuk mencelakakannya. Selama mengenyam pendidikan di bangku menengah atas, dia tinggal di Jakarta dengan kakak sulungnya. Gadis itu tidak merasa nyaman dengan sikap Pak Made yang penuh aturan. Meski vila mereka berada di kawasan pinggir pantai, tidak semua orang diberikan izin masuk. Bahkan dalam segi urusan kerja pun beliau membuat pertemuan di hotel atau restoran.

Kedatangan Dira membuat Dayu terusik karena sang ayah memberikan perhatian begitu besar padanya. Mengetahui Richaud sedang dilanda amarah, dia menemukan kesempatan untuk melancarkan aksinya. Setelah melepas kerudung Dira, dia menelepon Richaud yang menunggu di mobil. Namun diluar rencana, Pak Made bersama Bu Nyoman sudah tiba di vila. Dayu tetap bersikeras meninggalkan vila dan kembali ke Jakarta bersama kepergian Richaud.

Tepat di halaman rumah, sang ibu sudah menyambut kedatangannya. Mereka saling melepas rindu yang telah lama.

“Sudah Ibu bilang, jaga kesehatan. Coba lihat, amandelmu kambuh, lagi, kan?” Bu Rasti langsung mengeluarkan celotehnya.

Dira tersenyum mendengar omelan itu. Dia selalu suka mendengar suara ibunya. “Lalu bagaimana dengan Ibu sendiri?”

“Ibu baik-baik saja,” jawab ibunya. “Ayah dan adikmu sibuk bepergian. Ya, dua lelaki punya kebiasaan yang sama.”

“Dan ada dua wanita yang juga sibuk mengurusi mereka,” balas Dira dengan senyum mengembang.

Dira berhenti sejenak di pintu kamarnya. Dia benar-benar kembali. Kali ini bukan semata-mata karena liburan tetapi untuk menetap.

***

“Ayo bangun, Ra. Cepat mandi, nanti keburu magrib, lho!” Suara Bu Rasti membuat Dira tersentak.

“Oh, ternyata Ibu...,” ucap Dira mengembuskan napas.

“Memangnya siapa yang ada dalam mimpimu sampai kaget begitu?” tanya ibunya sembari memasukkan pakaian Dira ke lemari."

"Oh, itu," ucapnya tampak berpikir, lalu nyengir, "Ra juga lupa barusan mimpi apa."

Tidak, pikir Dira. Ibu tidak perlu tahu. Tidak sekarang. Setelah kejadian itu, walaupun Bu Nyoman turut menemani dia kesulitan tidur. Dia takut membuka mata mendapati bayangan yang sama. Ketika tiba di rumah segalanya menguap. Bahkan dia bisa tertidur tanpa sedikit pun terjaga. Namun, begitu mendengar suara sang ibu yang pelan saja di kamar telah membuatnya terkejut.

“Ayahmu sibuk terus di kantor,” kata ibunya lagi. “Gegara kesibukan itu juga kejutan yang ingin ayahmu berikan jadi batal dan tidak sempat menemuimu."

 Bukan, keluh Dira dalam hati. Ayah bermaksud menghindariku. Sejak tiba di rumah siang tadi mereka belum bertemu dan hal tersebut entah mengapa justru sedikit memberinya ruang gerak. Menurut cerita Pak Made, malam itu ayahnya baru selesai melakukan kunjungan ke Gianyar bersama para pejabat daerah Yogya. Beliau sudah memberitahu Pak Made ingin memberi kejutan dengan datang ke vila juga sekaligus menjemputnya.

“Kenapa masih di situ, Ra?” tegur ibunya menutup lemari. “Oh ya, bagaimana kabar Grace? Apa kamu sudah mengabari kepulanganmu? Ibu ingin sekali melihatnya berkunjung ke sini lagi."

“Iya, belum,” jawabnya singkat, lalu dengan pelan menambahkan, “Dira lupa kalau Ibu punya satu putri lagi.”

Bu Rasti tertawa. Dira pun mengikuti ibunya di belakang sampai ke kamar mandi. “Apa pernah terlintas dalam pikiranmu untuk memikirkan soal menikah, Ra?” tanya ibunya sebelum Dira masuk.

Alis Dira terangkat. Kalau begitu bagaimana denganmu? Kapan kau akan memutuskan untuk menikah? Kata-kata Richaud seolah kembali terbayang diingatannya. Dia ingin membuka mulut, tetapi tidak sempat karena mendengar ucapan salam dari arah pintu.

Lihat selengkapnya