Romantic Destination (Found You)

Alita
Chapter #21

Inikah Cinta?

Grace masih menatap Rehan yang tertidur pulas. Sudah dua puluh menit dia berada di sana. Dia berjalan pelan mendekati ranjang. Dia melihat luka lebam itu belum sepenuhnya tersamarkan. Ragu-ragu menggerakkan tangannya untuk menyentuh kening pemuda itu. Memastikan kalau suhu tubuhnya telah stabil. Baru saja menempelkan jemarinya, dengan cepat pula segera dia tarik kembali.

Rehan terkesiap. Dia terbelalak melihat Grace, lalu menaikkan selimutnya sampai ke pundak seakan hendak melindungi diri. Padahal dia masih berpakaian lengkap.

“Ma-maafkan aku sudah mengejutkanmu,” ujar Grace tergagap. “Sebenarnya aku... aku... mau mengantarkan bubur. Aku minta maaf masuk tanpa izin.”

Rehan masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Namun suara dehaman di pintu membuat mereka serentak menoleh. Tampak Dira berdiri di sana dengan ekspresi yang tidak terbaca. Grace lebih dulu mengambil tindakan untuk keluar. Dira berkomentar singkat, “Aku melihat mobil dealer di parkiran. Sepertinya mobilmu sudah sampai. Kau mau pergi sekarang?”

“Benar, mereka sudah mengirimkan pesan padaku,” sahut Grace melihat ponselnya dalam keadaan silent. “Ya, aku akan berangkat.”

“Aku akan menemanimu ke kantor polisi,” ujar Dira.

Grace mengangguk karena merasakan nada ketegasan dalam kata-kata Dira kalau tidak ingin ada bantahan. Sepanjang jalan mereka hanya berdiam diri. Grace menyetir dengan perasaan tidak tenang. Benarkah Dira sedang marah padanya? Kenapa dia tidak langsung mengomelinya saja?

“Maafkan aku soal kejadian tadi. Sekarang bicaralah sesuatu padaku, Dir,” ucapnya sedikit keras. Dia tidak bisa menahan diri lebih lama.

“Aku juga ingin bicara, tapi setelah kita selesai dari kantor polisi. Aku tidak mau pembicaraan ini sampai mengganggu urusanmu di sana,” sahut Dira dengan senyum menenangkan.

Satu jam lamanya mereka baru keluar dari kantor polisi memberikan keterangan. Grace hanya sebentar bertemu dengan Sam. Tidak banyak yang dibicarakan. Meskipun lelaki itu berulang-ulang minta maaf, Grace mengiyakan setengah hati dan malam ini Sam akan dipulangkan ke Amerika untuk ditindaklanjuti proses hukumnya di sana. Mereka berjalan mengitari parkir mengambil mobil.

***

Grace melewati jalanan kota Izmir layaknya siluet. Tanpa warna. Padahal melakukan perjalanan menjelang senja sangatlah tepat. Dia berinisiatif menggunakan waktu luang untuk mengemudikan Mercedes birunya ke segala tempat. Meskipun tanpa tujuan pasti. Suasana flat sangat sepi. Dira lebih banyak berada di hotel atau kampus. Rehan jarang pulang karena mengerjakan proyek konstruksi di berbagai kawasan Izmir. Dia sendiri sudah sebulan menjadi konsultan hukum perpajakan di industri otomotif milik putra sulung Profesor Rasyid. Sepulang dari kantor polisi mereka bertemu Madam Eliya lalu bercerita mencari orang yang kompeten dalam bidang hukum khususnya terkait perusahaan.

Grace menghentikan mobilnya. Mengembuskan napas. Terbayang pembicaraannya dengan Dira. Kini dia menjadi gelisah. Dia tahu kalau saat itu Dira mengulur waktu dan tampak sulit untuk mengutarakan maksudnya. 

“Aku ingin melindungi kehormatan dua orang yang aku sayangi. Kalian segalanya bagiku. Segalanya,” ucap Dira.

Perkataan sahabatnya itu dia anggap bukan sekadar teguran melainkan sebagai kasih sayang. Selama bercakap-cakap mereka memutuskan kalau Grace menempati kamar utama yang dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, sedangkan Dira di kamar kedua serta Rehan berada di kamar terakhir dekat pintu dapur. Sekarang entah mengapa ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan tidak dapat dia gali lebih jauh. Lagi-lagi dia hanya mengeluarkan suara helaan dan memacu mobilnya ke apartemen.

Grace menekan sejumlah angka di panel pintu. Setelah terdengar pintu terkunci dengan tepat dia melangkah ke kamar. Tanpa bisa ditahan keningnya berkerut ketika terdengar suara seseorang menggumamkan sesuatu yang kerap dia dengar dari seluruh rumah ibadah umat muslim. Dia berjalan ke sofa. Mengamati mereka melakukan shalat magrib di kamar Dira. Rehan membacakan Surah Alfatihah. Dia tahu itu. Dia sering mendengar Dira saat beribadah. Tampak Dira berada di belakang Rehan mengikuti setiap gerakan adiknya. Ini kali pertama bagi Grace melihat ibadah tersebut dilakukan secara berjamaah. Dia melihat semua kegiatan kakak-adik itu dalam diam. Mata Grace terpejam menikmati kehangatan menjalari tubuhnya.  

“Grace,” suara Dira terdengar lembut membangunkannya di sofa.

Grace mengerjap. “Ternyata aku tertidur di sini,” sahutnya sembari memegangi kening. Dia merasa pusing karena terlalu lama menyetir.

Lihat selengkapnya