Malam hari kediaman keluarga Claude-Wijaya akan dipenuhi kembang api. Sebelumnya mereka ingin melakukan acara seperti pesta barbeque untuk menyambut kehadiran si kecil Starry Claude. Kini dengan adanya Yasmine semakin membuat mereka sekaligus merancang pesta keluarga yang lebih meriah. Seperti yang dilakukan Indira Claude, berjibaku di dapur usai menidurkan putranya. Dia tampak sibuk mengeluarkan bahan makanan serta sayuran dari frezer. Yasmine melihat kesibukan wanita itu dan menghampirinya.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Dira pada Yasmine hendak memindahkan sayuran yang dikeluarkannya ke wastafel.
"Membersihkan mereka," jawab Yasmine melambaikan tangannya pada sayuran di keranjang.
"Kau tidak perlu melakukannya," sergah Dira. "Coba lihat," tunjuknya ke pergelangan tangan Yasmine, "tanganmu belum sembuh."
Yasmine tampak berpikir. Namun Dira memotongnya, dengan raut wajah memohon. "Sungguh, hari ini aku tidak ingin mendengar rentetan omelan Grace. Dan kau tahu benar soal itu. Jadi sebaiknya-"
"Kau menjauh dari dapur, Yas," sela Grace yang sudah berada di dapur sembari membawa keranjang berisi buah anggur dan apel. "Aku tidak ingin dapur ini menjadi kacau karena keterampilan payahmu dalam memasak."
Yasmine berdecak sebal. Dia seperti balita yang sedang dimarahi oleh ibunya. Kedua wanita itu terlihat kembali menekuni kesibukan mereka setelah mengomelinya. Dia mengambil satu buah apel yang dimasukkan Grace ke kulkas, lalu menarik pisau buah dari raknya.
"Kemarikan pisau itu, Yas! Biarkan aku yang memotongnya," ujar Grace mengambil alih pisau buah yang baru saja dipegangnya. "Aku merasa trauma melihatmu memegang benda ini."
"Astaga, Grace! Tidak bisakah kau biarkan aku melakukan satu pekerjaan saja?" Yasmine mengeluh dengan sikap saudarinya yang protektif itu. "Setidaknya sampai aku menelan apel ini masuk ke mulutku."
"Tapi tidak yang berkaitan dengan benda tajam," balas Grace ingin mempertahankan pendapatnya. "Bagaimana jika pisau itu mengenai lukamu dan memperparahnya? Oh, aku tidak bisa membayangkannya."
"Ayolah, Grace! Tentu saja kau tidak perlu membayangkan hal itu," Yasmine masih menolak menerima argumen Grace yang berlebihan tersebut. "Apa kau tahu? Aku justru lebih takut dengan ucapanmu barusan daripada pisau itu."
Grace berbalik menatap Dira,"Bagaimana menurutmu, Dir? Kau juga setuju denganku, kan?"
Dira bergantian memandangi kakak-adik di depannya. Dia mengangkat bahu dan berkata, "Ada baiknya kau juga mengisi perutmu dengan apel itu, Grace."
Grace tidak berkata-kata dan cemberut. Merasa kesal oleh sikap Dira yang tidak mendukungnya. Sementara Dira tersenyum melihat tingkah iparnya itu. Dia berkata pada Yasmine, "Apa kau bisa melihat Starr di kamar, Yas? Kupikir Brian masih di ruang kerjanya. Aku khawatir saat dia bangun tidak ada yang menjaganya."
"Oh, tentu saja dengan senang hati. Kau memang sangat memahamiku," ujar Yasmine, lalu melirik ke arah Grace. "Kalau tidak, barangkali akan ada perang di dapur ini."
Dira tertawa melihat wajah Grace bertambah kesal karena rencananya gagal. Saudarinya itu telah meninggalkan dapur sebelum sempat menimpuknya dengan kulit mentimun.
Yasmine bersenandung riang menimang Starr dalam pelukannya. Bayi itu mulai tertidur kembali. Perlahan diletakkannya dengan hati-hati dalam box agar tidak mengganggu tidurnya.
"Kenapa kau tidak beristirahat saja?" Brian bertanya pada Yasmine saat melihatnya di samping box bayi. "Biar aku yang menjaga Starr."
"Oh, hai, Claude," sapa Yasmine mengetahui Brian berdiri di pintu. "Sudah ketiga kalinya hari ini aku mendengar kalimat itu. Kau tahu? Aku baru saja diusir dari dapur oleh ibu-ibu di sana."
"Benarkah? Kau pasti kesal mendengarnya," Brian terkekeh.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai? Tidak masalah jika kau kembali ke sana. Aku bisa menemaninya."
"Sebenarnya aku menghentikan pekerjaanku karena mendengar Starr terbangun. Aku harus menyelesaikannya sebelum pesta nanti malam."
Yasmine tersenyum. "Serahkan padaku. Kau bisa kembali melakukannya."
"Baiklah," ucap Brian, lalu meninggalkan Yasmine bersama Starr di kamar itu.
•••
Pesta kembang api dimulai. Keluarga Claude-Wijaya memilih mengadakan acara itu di halaman belakang. Rehan menemani Raef menyalakan permainan itu. Disampingnya, Brian memanggang daging sapi sembari sesekali meneguk Americano-nya. Dia tidak membiarkan siapa pun malam ini menyentuh pemanggang tersebut. Bahkan dia menyuruh ketiga wanita di rumah itu duduk di sofa teras belakang. Dalam pangkuan Dira, si kecil Starr memainkan bola. Sementara Yasmine berada di dapur membuat Amaricano dingin.
"Apa kalian sedang bertengkar?" tanya Dira melihat Grace sedari tadi mengamati Rehan bermain dengan Raef.
Grace meletakkan kentang goreng yang dipegangnya, lalu memandang Dira dan berkata pelan, "Aku menyuruhnya agar tidak terlalu sering lembur."