Romantic Destination (I Still Love You) Part 2

Alita
Chapter #15

Warning

Dawai musik menggaung dari earphone yang terpasang di kedua telinga Yasmine. Derap langkahnya berpacu mengikuti jalur pejalan kaki. Yasmine terus melajukan kakinya di bawah sinar matahari hangat. Jalur yang semula dilaluinya hanya bertemu sesama pelari maupun pejalan kaki, kini justru tampak berseliweran kendaraan roda empat dan dua. Dia tidak menyadari bahwa tapak kakinya telah melewati trotoar. Bahkan orang-orang di sekitar berteriak histeris saat bus mendekat ke arahnya. Dia pun terjatuh. Bukan ke aspal atau pun terbentur bus tetapi dalam dekapan seseorang, menariknya agar terhindar dari kejadian buruk itu.

"Bagaimana kau bisa tidak berhati-hati seperti ini, Yas!" serunya menatap tepat ke mata Yasmine.

Yasmine mengedipkan mata dengan cepat. Dia menoleh ke segala arah, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Orang-orang di sekitar masih melihatnya, lalu tersadar di mana dirinya berada. Tidak ingin makin terlihat aneh, dia pun melepaskan earphone dan mengurai dekapan Robinson Miller seraya berkata, "Terima kasih atas bantuanmu, bisakah kita meninggalkan tempat ini sekarang?"

"Oh, tentu. Baiklah," kata Robin mengerti keinginan Yasmine. "Tapi apa kau tidak keberatan jika ke mobilku? Mobilku masih terparkir di sana."

Netra Yasmine mengikuti arah yang ditunjuk Robin. Mobil jeep hitam terparkir tidak jauh dari trotoar dan terdengar raungan klakson dari beberapa kendaraan karena menghambat jalur lalu lintas. Meski enggan, dia pun mengangguk. Tidak ingin memperburuk keadaan.

"Kau ingin aku mengantarmu pulang?" tanya Robin, menyalakan mesin mobil.

"Sebaiknya begitu," balas Yasmine singkat.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan tidak ada percakapan. Sekilas Robin melirik ke arah Yasmine, ragu untuk bersuara.

"Aku baik-baik saja," ujar Yasmine membuka percakapan, mengetahui Robin tengah memperhatikannya. "Berkat bantuanmu aku tidak terluka."

"Apa yang membuatmu sampai kehilangan fokus seperti itu?"

"Soal itu ... pikiranku teralihkan oleh presentasi pekan depan," kata Yasmine menatap lurus ke depan jalanan. "Barangkali seperti demam panggung. Aku merasa gelisah setiap kali memulai sesuatu yang baru."

"Meskipun begitu aku yakin dengan tekadmu yang kuat, kau pasti bisa melakukannya."

"Begitu, ya," gumam Yasmine. "Apa yang kau lakukan di daerah itu? Bukankah rumahmu jauh dari sana?"

"Kontrak sewa rumah itu sudah habis dan untuk sementara aku menginap di hotel selagi mencari apartemen," balas Robin. "Meski biaya yang dikeluarkan lebih banyak, aku lebih nyaman begitu."

"Maksudmu menyangkut privasi? Itu sebabnya kau lebih menyukai berpindah-pindah tempat?"

"Privasi? Itu salah satunya, karena akan lebih mudah menghilangkan jejak kejahatan, misalnya dengan menyembunyikan seseorang di dalamnya," cetus Robin dengan santai.

Yasmine bertanya menatap Robin, "Apa kau sedang membuat lelucon yang mengerikan untuk menghiburku atau menakutiku?"

Robin tertawa melihat Yasmine memelototinya. "Maaf, karena leluconku terdengar mengerikan. Sebenarnya, selain tidak ingin merepotkan teman-temanku, aku sedikit tidak terbiasa dengan keramaian."

Yasmine diam mendengarkan. "Sejak keluar dari rumah, aku terbiasa hidup sendiri tanpa keluarga," sambung Robin kemudian.

"Tidakkah kau ingin menetap dengan salah satu dari mereka? Maksudku, ibu atau ayahmu?" tanya Yasmine.

"Entahlah, aku tidak pernah memikirkannya," kata Robin selagi menginjak pedal rem mobil untuk berhenti di depan pagar rumah Yasmine. "Lagipula semenjak bertemu dan bekerja denganmu waktu yang kulalui menjadi lebih menyenangkan. Maka aku harap kau lebih berhati-hati di jalan atau di mana pun itu agar tidak terjadi hal berbahaya seperti tadi. Aku hanya ingin kau tetap aman. Aku berkewajiban mengingatkanmu sebagai rekan kerja," lanjutnya.

•••

Menghindari tempat berbahaya? Bisakah? Namun bagaimana jika hal itu lebih dahulu mendatangi? Sama seperti malam ini, Yasmine harus meninggalkan rumahnya. Padahal delapan jam lalu dia masih menikmati kebersamaan dengan keluarganya. Menyiapkan makan malam.

"Kenapa kau ingin mengadakan pesta barbecue? Apa kau tidak memikirkan kesehatan bayimu? Lagipula tidak ada yang berulang tahun hari ini," omel Yasmine. Dia melihat Grace yang mulai kesusahan berjalan mengingat usia kehamilan saudarinya itu sudah masuk bulan ke tujuh.

"Justru ini permintaan bayiku yang ingin melakukannya di sini," kata Grace sambil mencuci tangannya sehabis memotong daging sapi. "Memang tidak ada yang berulang tahun, tapi aku ingin merayakan hari jadi rumah ini."

"Hari ini tepat dua tahun kau menempati rumah ini," timpal Dira, memasukkan cake pisang buatannya ke oven.

Lihat selengkapnya