Keyakinan Yasmine runtuh seketika hanya dengan mendengar orang yang disayanginya dilarikan ke rumah sakit. Dia berlari cepat tanpa menghiraukan gerutuan dari pengunjung yang bertabrakan dengannya di sekitar tempat itu. Dia mengatur napas saat hendak ke koridor ruang rawat. Di kamar rawat, telah ada Sara maupun Peter menjaga Starr.
"Apa Starr sudah selesai diperiksa dokter? Dan bagaimana hasilnya?" tanya Yasmine menghampiri mereka.
"Ah, Mrs. Claude, syukurlah Anda sudah datang," ujar Peter.
"Terima kalian telah menjaganya," balas Yasmine. Dia mengecup punggung tangan Starr. "Starr baik-baik saja, bukan?"
"Sebaiknya Anda minum lebih dulu," kata Peter sambil memberikan gelas berisi air mineral. Khawatir melihat wajah Yasmine yang pucat.
"Dokter baru saja selesai memeriksa dengan membersihkan saluran pencernaannya. Keadaannya juga membaik, " jawab Sara.
"Syukurlah," sahut Yasmine merasa lega.
"Ini semua salahku! Akibat kecerobohanku, Starr menjadi begini," Sara berkata mengepalkan tangannya. "Aku tidak memeriksa kemasan susunya lebih dulu dan tidak menjaganya dengan baik. Maafkan aku."
"Ini bukan sepenuhnya salahmu," bantah Yasmine meraih tangan Sara. "Jika ada yang harus disalahkan itu aku. Seharusnya aku yang lebih teliti dan memberitahumu lagi sebelum pergi. Aku sangat berterima kasih padamu karena cepat bertindak membawanya ke rumah sakit."
"Tetapi tetap saja, seharusnya aku-"
"Bagiku, kau telah mengusahakan yang terbaik dan aku sangat berterima kasih karena melakukan hal itu. Sekarang pulanglah. Bukankah besok kau harus bekerja?"
"Sebentar lagi Kak Grace kemari dan membawa powerbank untuk mengisi daya ponselmu," ucap Sara.
Yasmine memberi anggukan. "Aku tidak melihat Brian. Apa kalian tahu dia ada di mana?"
"Mr. Claude sedang ke bagian administrasi," sahut Peter. "Aku akan berjaga di depan sampai Mr. Claude datang."
"Bisakah kau menghubungi Paman Albert? Aku terburu-buru dan langsung meninggalkannya tadi di basemen," ucap Yasmine. "Jika masih ada di sana, minta Paman untuk mengantarkan Sara pulang."
"Baiklah," jawab Peter.
Mereka berpamitan meninggalkan ruang rawat. Yasmine memeriksa aliran cairan infus. Dia mengusap dengan hati-hati serta meniup tangan kecil Starr yang dipasangi jarum infus. Melihat Starr tertidur nyenyak bukan di kamar tidur miliknya sendiri membuatnya dipenuhi kesesakan. Dia tidak tega benda tersebut menusuk bocah sekecil ini dan akan memberi rasa sakit.
Dia ingin terus bisa melihat keceriaan di wajah Starr serta kelincahan itu seperti dilihatnya tiga jam lalu sebelum menerima telepon dari Fabian Collin, senior yang bekerja bersama dengannya pada perusahaan majalah rumah di Paris. Fabian meminta bantuan untuk menjadi tutor pengganti bagi pemagang baru di kawasan Stanley Park.
"Aku mohon padamu, Yasmine. Aku tahu kau sudah memutuskan untuk tidak mengambil pekerjaan apa pun lagi, tetapi bantu aku sekali ini saja. Hanya kau yang aku percaya melakukannya dengan baik. Aku tidak menduga akan ada percepatan jadwal training dan bentrok dengan acara hari ini. Setelah dari pernikahan adikku, aku akan segera ke sana. Jadi, apa kata-katamu waktu itu masih berlaku?"
Permintaan Fabian menjadi hal sulit untuk ditolaknya. Pria itu telah banyak membantunya selama bekerja di Paris. Bahkan dia mengenal keluarga Fabian dengan tinggal di apartemen mereka. Dia juga tahu Fabian sangat menantikan pernikahan sang adik untuk menuntaskan janji pada ayah mereka yang sudah tiada menjadi pengiring ke altar.
"Baiklah. Aku akan menepati janjiku dan melakukannya. Aku harap kau juga bisa melakukannya dengan baik," balas Yasmine menyetujuinya.
Dia berpamitan pada putranya itu sebelum pergi. "Sebentar lagi Tante Sara datang. Kamu ditemani Kakek Albert dulu mainnya, ya. Mama akan pulang sebelum langit gelap."
Yasmine mengecup kening Starr, lalu bergegas menaiki taksi yang sudah dipesannya. Namun, selepas melakukan kegiatan di Vancouver Seawall, dia singgah ke Vancouver Aquarium untuk memotret dan memperlihatkannya pada Starr. Ternyata dia justru melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu tidak segera memindahkan bahan makanan maupun minuman yang sudah tidak layak dikonsumsi. Dia bahkan tadi sempat menuruti perasaannya hanya dengan melihat tulisan di origami itu.
Dia merasa bersalah karena Starr jauh dari jangkauan pandangannya. Bagaimana jika tadi terjadi sesuatu yang buruk pada Starr? Tentu dirinya tidak akan sanggup mengatasi hal ini.
"Maafkan Mama karena sudah membuatmu mengalami hal ini," gumamnya menggenggam tangan mungil Starr.
Buliran air mata menetes tanpa mampu dicegah. Dia segera menyekanya begitu mendengar suara Brian bercakap dengan Peter di depan pintu. Dia pun berdiri dan melihat Brian meraih jas hitam di sofa.
"Maafkan aku," kata Yasmine saat Brian mendekat ke ranjang. "Aku-"
"Aku tidak akan meminta penjelasan mengenai alasanmu mengambil pekerjaan itu," sela Brian sebelum Yasmine menyelesaikan ucapannya, "tetapi aku hanya ingin mengingatkanmu, bukankah kau berkata untuk tetap berada di sisi Starr dan tidak akan meninggalkannya? Kau bahkan tidak mengawasi minuman apa yang akan dikonsumsinya saat pergi. Seharusnya kau bisa mempelajari hal itu dari Dira. Aku harap kau lebih bertanggung jawab agar kejadian ini tidak terulang lagi."