Romantika Cinta Dinar - Buku-1

TOTO M. RIANTO
Chapter #1

#1Menguak Luka Lama

Jam 11 siang, langit Jakarta cerah. Sebuah taksi tampak bergerak lincah menyusuri jalanan yang padat, tapi lancar. Setelah menempuh hampir satu jam perjalanan, laju taksi itu berhenti di Pusat Perbelanjaan Blok M. Dan sesaat kemudian, dua orang wanita—ibu dan anaknya—keluar dari taksi itu. Lalu, kedua wanita itu melangkah ke arah Blok M Square. “Kita langsung belanja, Bu?” tanya si anak, Dinar. “Janganlah Din, kita keliling-liling dulu. Udah lama Din, aku nggak ke Blok M,” kata sang ibu.

Dinar memberengut dan dengan terpaksa ia membuntuti langkah ibu. Sejak dari rumah tadi Dinar memang sudah kesal. Coba kamu bayangkan. Sedang duduk nyantai di hamparan karpet ruang tengah rumah sambil asyik nonton film lewat laptop, tiba-tiba ibu mengajaknya untuk belanja bulanan ke Blok M. Siapa yang nggak kesal? Memang yang ia lihat itu film lama, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, tapi film itu belum sempat ia tonton di gedung bioskop. Karena itu ia semangat melihatnya.

Dan entah dari arah mana datangnya, tiba-tiba ibu sudah berada di sampingnya.

 “Din, temani aku belanja bulanan ke Blok M,” kata ibu.

 “Ah Ibu..., nggak boleh liat orang senang,” protes Dinar. “Lagi asyik liat film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, nih....”

 “Liat film kapan aja bisa,” tegas ibu. “Tapi belanja bulanan nggak bisa ditunda. Sabun, sampo, odol, gula, garam, kecap dan lain-lainnya udah pada abis... Mau kamu mandi nggak pake sabun? Makan sayur tanpa garam?”

 Tak bisa lagi Dinar membantah, terpaksa ia menuruti permintaan ibu.

***

Satu jam kemudian, tampak Dinar tengah mendorong kereta belanja yang sudah penuh dan ibu berjalan di depannya. Semula Dinar mengira belanja sudah rampung, tapi ternyata ibu masih mampir ke rak kecap.

 “Bu, tadi kan udah beli kecap?” Dinar mengingatkan.

 “Oo... tadi baru kecap manis,” kata ibu santai. “Sekarang mau beli kecap asin. Kalo nggak pake kecap asin, rasanya kok nggak komplit...”

Dalam hati Dinar menggerutu. Dan saat ibu tengah memilih merek kecap asin yang hendak dibeli, tiba-tiba ada yang menegur: “Marni…”

 Spontan sang ibu menoleh ke sumber suara. Lalu: “Hei… Ita,” serunya.

Lihat selengkapnya