Romantika Cinta Dinar - Buku-1

TOTO M. RIANTO
Chapter #6

#6Harapan Baru

Sambil perlahan-lahan menjalankan Aylanya, hati Riko menangis. Oh, begini rasanya sakit hati, rintih batinnya. Ah, pasti pedih seperti ini juga hati cewek-cewek yang dulu kuputuskan cintanya. Ya Allah, maafkan aku. Sekarang aku tobat, nggak mau jadi playboy lagi. Dan sekarang bantulah aku, ya Allah, untuk dapat menemukan wanita idaman, yang dapat kujadikan sebagai pendamping hidupku.  

 Riko membelokkan Aylanya ke kedai bakso yang menjadi langganannya. Seperti biasa, kedai bakso ini selalu ramai. Tempatnya memang strategis, dekat dengan sebuah mal. Dan ruangan kedai ditata dengan artistik layaknya sebuah resto. Dan yang terpenting: baksonya enak, harganya standar, tidak terlalu mahal.  Jadi tak heran bila pelanggannya banyak.  

 Sesaat Riko celingukkan, mencari bangku yang kosong. Setelah ditemukan, ia melangkah ke sana. Dan baru saja ia duduk, tahu-tahu pelayan sudah berdiri di sampingnya dan menegur ramah:

 “Hei Pak Dokter Muda, tumben nggak hari libur ngebakso?”

 Riko hanya tersenyum samar. Hatinya masih pedih.

 “Seperti biasa Pak Dokter Muda, bakso dan es kelapa muda?” tanya pelayan, sopan.

 “Ya,” ucap Riko lirih.

 Tak lama, bakso dan segelas es kelapa muda sudah tersaji. Dan baru saja Riko menikmati bakso itu, cewek yang duduk di hadapannya menegur:  

 “Ngebakso, Dokter Muda?”

 Sambil mengunyah bakso, dengan cermat Riko mengamati cewek itu. Dan: “Asri…” senyum Riko mengembang.

 “Wah hebat, udah jadi dokter yang tekenal rupanya,” puji Asri.

 “Ah, nggak juga,” kata Riko.

 “Jangan merendah,” potong Asri. “Lha itu pelayan aja tau, kalau Kak Riko Dokter...”    

 Riko tertawa pendek. “Kebetulan aja, rumahnya dekat dengan tempat praktek pribadiku.”

 “Wah, udah mulai buka praktek pribadi. Sejak kapan?”  tanya Asri.

 “Baru tiga bulan yang lalu,” jelas Riko. Raut wajahnya sudah kembali berseri,      kehadiran Asri telah membasuh luka hatinya.

. “Wah, kalau nanti aku sakit, bisa dong aku datang ke tempat praktek pribadi Kak Riko,” canda Asri kemdian.

  “O bisa, sangat bisa…” Riko menelan kunyahan  baksonya. “Nggak sakit pun, kalau kamu mau datang ke tempat praktek pribadiku, boleh kok.”

 “Bener, nih?” Asri menyelidik.

Lihat selengkapnya