Rian merasa lega ketika hasil lab menyatakan: Bahwa anaknya, Dino tidak terjangkit AIDS. Dan ia merasa lebih lega lagi ketika beberapa hari kemudian Dino sudah diperkenankan pulang dari rumah sakit. Tipus yang dideritanya sudah membaik. Memang, Dino belum diperbolehkan makan sembarangan. Ia masih harus makan nasi yang lembek dan masih tidak boleh makan yang pedas-pedas dan yang asam. Namun begitu Rian tetap merasa lega, karena dengan Dino sudah kembali berada di rumah, ia pun bisa kembali masuk kerja.
Tapi rasa lega itu tidak berlansung lama. Karena baru dua minggu bisa kembali masuk kerja, Rian kembali mendapat kabar duka. Melalu Siaran Berita dari ZeroTV ia tahu, Dinar mendapat musibah, mengalami kecelakaan lalu lintas. Berita duka itu jadi terasa semakin mengenaskan, karena Siaran Berita itu juga menyatakan: Bahwa Dinar mengalami kebutaan. Oh, betapa sedihnya Rian mendengar berita ini.. Diam-diam ia mengeluh dalam dada. Oh, mengapa orang-orang yang kucintai harus mengalami musibah-musibah yang menyakitkan? Pertama, istriku Tini, meninggal karena AIDS. Lalu Dino, baru saja sembuh dari Tipus. Dan kini? Kini Dinar mengalami kebutaan. Ya Allah, kumohon bantuan-Mu, semoga kebutaan yang dialami Dinar bukan kebutaan yang permanen.
***
Sore ini, dengan harapan yang membuncah, harapan untuk dapat menghibur dan membesarkan hati Dinar, Rian datang membezuk ke Rumah Sakit Harapan Afiat. Tapi, ketika langkahnya sampai di ruang tempat Dinar dirawat inap, harapan yang membuncah itu langsung luruh dan lenyap. Dari pintu ruang tempat Dinar dirawat inap yang terbuka lebar, ia melihat seorang laki-laki muda berbaju seragam praktek dokter yang putih bersih, dengan penuh kasih sayang sedang menyuapi Dinar makan. Tanpa memandang dengan cermat pun Rian tahu, dokter muda itu adalah Riko! Maka, tanpa pikir panjang Rian langsung balik badan, lalu dengan langkah-langkah sedikit lunglai ia pergi meninggalkan Rumah Sakit Harapan Afiat.
Ah, sakit hatiku menyaksikan adegan yang penuh kasih sayang itu, sakit…! bisik hatinya ngilu. Sesaat ia melangkah dengan pikiran kosong. Setelah menghela nafas panjang, baru Rian kembali menemukan jati dirinya.
Tapi… aku harus tahu diri! bisik hatinya kemudian. Dari cara Riko menyuapi Dinar, jelas ia masih sangat mencintai Dinar. Haruskah aku merusuhi suasana intim ini, di saat Dinar sedang mengalami musibah yang memilukan ini…? Sesaat ia terdiam, tapi kakinya terus melangkah ke areal parkir. Kemudian ia kembali menghela nafas panjang.