Romantika Putih Abu-Abu

Oleh: Bond Monosta

Blurb

"Aku sudah memaafkanmu meskipun kamu mengakhiri hubungan kita dengan tanpa kejelasan. Tapi, aku tidak terima kamu memperlakukan Naya seperti itu juga. Dia anak yang baik dan pintar. Kamu boleh saja mengakhiri hubunganmu dengan Naya, tapi terlebih dahulu kamu harus jujur padaku."
"Jujur soal apa?"
"Sebenarnya. Siapa perempuan yang selama ini kamu suka?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Karena aku bisa merasakannya, Lingga. Saat kamu bersamaku atau bersama Naya, sepertinya kamu tidak mendapatkan kenyamanan sepenuhnya. Kami hanya seperti sebuah pelampiasan dari cinta yang tidak bisa kamu ungkapkan."
Mendengar perkataan itu, Lingga terdiam.
"Dan aku tahu, kamu sampai membuat lagu untuk perempuan yang kamu cintai itu, dan aku perhatikan, itu bukan untuk aku atau pun Naya. Pasti ada seseorang yang benar-benar kamu sayangi, tapi kamu memilih menyimpannya dalam diam."
"Darimana kamu tahu?"
"Kamu kira aku tidak tahu? Kalau kalian main band dan sering memainkan lagu yang kamu ciptakan. Dan aku perhatikan, isi lagu itu benar-benar sebuah ungkapan hatimu yang penuh pengharapan pada perempuan itu. Sampai kapan kamu akan menyembunyikan perasaanmu, Lingga? Seberapa istimewakah perempuan itu? Hingga kamu tidak mampu mengutarakannya."
Lingga hanya diam mendengar perkataan Nira, dirinya masih bimbang apakah harus ia ungkapkan pada Nira tentang perempuan itu.
"Aku takut, kamu akan sakit hati saat mengetahui siapa perempuan itu, Nira."
"Sakit hati?! Apa kamu pikir aku tidak sakit hati? Saat kamu menggantungkan hubungan kita, dan tiba-tiba kamu sudah berpacaran dengan Naya. Itu sakit Lingga, sakit! Tapi, aku mencoba menerimanya, dan aku berpikir, mungkin kamu lebih nyaman bersama Naya. Tapi kenyataannya, Naya pun mendapatkan perlakuan yang sama. Sampai kapan kamu menjadikan beberapa peremuan sebagai pelampiasan dari orang yang kamu sayang? Lingga, mungkin aku akan merasa lega saat aku tahu siapa perempuan itu, dan aku berharap, dia benar-benar perempuan yang tepat buat kamu, dan bisa membuatmu bahagia."
"Baiklah. Aku akan mengatakannya. Tapi, kamu harus janji, bahwa kamu tidak akan mengatakannya pada perempuan itu tentang perasaanku."
"Oke. Aku janji." sahut Nira sambil memandang wajah Lingga dengan penuh rasa penasaran.
Lingga terdiam sejenak, ia menarik napas panjang, mulutnya terasa berat untuk mengatakan nama perempuan itu, ia seolah-olah menarik benda dari dasar sumur yang dalam.




Lihat selengkapnya