Romantisme Diary yang Hilang

Fia Shofia
Chapter #14

Perasaan Janggal

Bel berbunyi, tanda istirahat gue sama Intan langsung aja cuss ngibrit ke kantin buat memberi makan cacing-cacing yang sudah pada konser di dalam perut gue. Tadi pagi gue malas banget sarapan, selain itu gue masih kepikiran jawaban yang harus gue buat untuk Kak Dimas atas pertanyaannya tempo hari. Serasa gue manusia bodoh banget kali ini. Lah, tapi gue kan emang bodoh kalau masalah hati. Eh Enggak juga sih. Tapi juga gak tahu, hehehe.

Sudah dulu mikirin masalah hati, balik lagi fokus ke permasalahan yang urgent sekarang. Cacing-cacing dalam perut gue meronta-ronta. Apalagi kalau bukan minta jatah makan. Gue pesan semangkok bakso dengan es teh manis ke Bang Ujang. Abang penjaga kantin yang asli dari Solo, katanya (harusnya dipanggil mas sih). Akhirnya ini perut keisi juga kan. Diem-diem lo di sana cacing-cacing sialan.

“Boleh enggak gue duduk di sini?”

Gue noleh, hampir aja gue kesedak, buru-buru gue minum. Entah dari mana itu suara bisa muncul, ya jelas dari mulut seseorang masa ya dari bakso yang gue makan.

“Fajar,,, silakan lagian ini bangku bukan milik gue. Duduk aja lagi.” Intan menimpali tak lupa memasang wajah senyum yang dimanis-manisin kayak kelebihan sakarin.

Ini anak tumben banget ya nyamperin gue sama Intan pakek acara ngikut makan semeja bareng lagi. Gue jadi curiga!

Lihat selengkapnya