Romero dan Eleni

waliyadi
Chapter #12

Bab 10

"Apa yang kamu lakukan dengan kausku?" tanya Romero melihat kaus bergambar tengkoraknya di potong bagian bawah dan dijahit kembali sedemikian rupa hingga menjadi kaus ketat perempuan.

"Aku ada acara sekolah malam ini dan butuh baju baru," kata Leni tanpa melihat Romero dan terus mempermak kaus itu setelahnya, ia mengambil salah satu jeans dan dengan keahlian menjahitnya jeans kumal tersebut menjadi sebuah rok mini.

Romero bersandar pada pintu sambil memegang botol bir, ia memperhatikan betapa cekatan Eleni merubah semua baju miliknya. "Memangnya acara sekolah macam apa yang butuh baju seperti itu?" kemudian meneguk birnya.

Leni menoleh pada Romero, "acara abg-abg getuh dah."

"Sejak kapan kamu peduli untuk bergaul dengan mereka?"

Leni melempar pandangan culas. "Siapa bilang aku mau gaul sama mereka?" lalu menaruh rok mini bersama kaus yang baru saja dibuat.

Romero memperhatikan setelan kaus tengkorak dan rok mini. "Oh, party crasher," kata Romero dengan terheran-heran.

Senyum sinis, kian mengembang. "Aku sebenarnya diundang loh tapi, Nyonya Rumah nampaknya tidak begitu suka kalau aku nongkrong di party pacarnya," jelas Leni dengan acuh.

Romero mendekat dan memeluk Leni, "kalau begitu kita hancurkan party itu bersama-sama."

Leni menaruh tanganya di dada Romero menahanya agar tidak mencium. "Tidak Rome, ini urusan personal." Lalu merapikan rambut kekasihnya yang tidak karuan.

Romero membiarkan rambutnya ditata sedemikian rupa. "Oh ya? Seberapa personal sih sampai aku tak boleh datang?"

Leni memberi peringatan. "Ini urusan cewek." Jari telunjuknya tepat berada di antara kedua mata Romero.

"Ok." Romero mangut-mangut sampai beberapa helai rambutnya kembali awut-awutan dan jatuh ke kening.

Leni melepas diri dari pelukan Romero dan membawa kaus dan rok jeans ke kamar mandi untuk berganti. Setelah 20 menit berada di dalam kamar mandi, "bagaimana?" sambil berpose di pintu kamar mandi.

Romero menunggu sampai bosan, ia berkali-kali melihat dasar botol birnya berharap cepat habis kemudian memicingkan sebelah matanya sambil mengelus-ngelus dagu, "seperti pacar tukang begal."

Leni melempar baju dan membuat kepala Romero tertutupi. "Aku tahu seharusnya tidak minta saran dari cowok yang selalu pakai baju sama setiap hari."

Romero membuka baju yang menutupi kepalanya, "tapi itu kenyataan dan pujian loh."

"Dasar cowok," ujar Leni kemudian mengambil jaket kulit Romero. Ia memilih sebuah motor matik hitam hasil pembegalan beberapa minggu lalu.

Romero mencoba menghalangi. "Itu platnya belum diganti loh."

Leni menoleh ke bagian depan motor untuk melihat plat nomor, "tidak bakal ada yang peduli bukan?" kemudian memakai helm dan pergi keluar sarang.

Romero hanya geleng-geleng kepala lalu minggri dan kembali minum, ia menyadari kalau sekarang botol birnya sudah benar-benar habis.

***

Rumah Damian terletak di luar kota Bogor, lebih tepatnya pada sebuah real estate perbukitan bernama Rancamaya Hill. Sebuah perumahan yang didesain mirip sekali dengan perumahan luar negeri, dimana semua rumah memiliki halaman tanpa pagar dan carport luas. Jalan menuju Rancamaya Hills sama sekali tidak bisa dilalui oleh angkot, jadi semua anak harus memiliki kendaraan atau menumpang dengan anak lain. Belum lagi setiap cluster dan blok dijaga, sehingga harus berhenti dan mengutarakan maksud kedatangan pada penjaga portal.

Sebuah pos jaga menempel pada tembok rendah bertuliskan cluster teratai, nampak dua orang penjaga membukakan gerbang tanpa menunggu.

"Mau ke rumah Damian?" tanya salah seorang penjaga yang membukakan gerbang sementar seorang lagi nampak asik menonton tv.

Lihat selengkapnya