Romero dan Eleni

waliyadi
Chapter #23

Bab 20

"Halo kapten."

Damian berbalik. "Oh, hai Len."

"Apa Sabtu besok kamu bisa datang ke tempatku untuk lihat motornya?" ajak Leni.

"Pacar lo nggak jadi nelpon?"

Eleni menyilangkan tangan di dada. "Kenapa?"

"Mubazir aja nomor gua," balas Damian, ia lalu mengeluarkan handphonenya dan nampak mengecek sesuatu. "Ok, besok gua nggak ada latihan."

Menatap Damian dengan satu alis terangkat. "Biar nomor kamu tidak mubazir, nanti aku whatsapp alamatnya," kata Leni kemudian pergi.

Damian menyusul Eleni dan berjalan di sampingnya. "Kenapa nggak baliknya bareng aja?"

Leni langsung menoleh, "lalu apa gunanya nomormu?"

"Bisa dipakai buat yang lain mungkin?"

"Seperti?" tanya Leni

Damian mengangkat bahu, "entahlah."

Leni tertawa kecil, "pasti Damian sang kapten baseball selalu diwhatsapp duluan oleh cewek-cewek."

"Apa itu masalah?"

Leni berhenti dan menoleh lalu kedua bola matanya memutar. "Kau lebih dangkal dari yang aku kira."

Damian terlihat bingung mendengar hal tersebut. "Wow! Bukannya wajar kalau cewek yang duluan?" ia merentangkan tangan dan membusungkan dada, "hello!"

Leni memperhatikan kancing-kancing seragam sekolah Damian tertarik dan nyaris saja putus. Ia tidak bisa mengelak untuk tidak menikmati apa yang dilihatnya, sekaligus merasa geram. "Karena orang sepertimu tidak akan pernah tahu...." tiba-tiba saja lidah Leni menjadi kelu dan ia memalingkan wajah.

"Tidak pernah tahu apa Len?"

Leni mengambil napas dalam-dalam lalu menatap Damian. "Orang sepertimu tidak pernah tahu rasanya berusaha untuk bisa terlihat, berusaha untuk bisa dianggap, berusaha menggapai seseorang yang bahkan belum tentu tahu namamu."

Damian langsung diam, ia tidak tahu harus berkata apa? Lalu pandangannya mulai berlari mengitari lorong sekolah, seolah hilang keberaniannya untuk memandang Eleni.

Leni menggelengkan kepalanya. "Damian, kau dangkal sekali." Ia membetulkan salah satu kancing seragam Damian yang nyaris terlepas lalu berkata. "Di balik seragam ini, kamu cuma seorang bocah." Lalu meninggalkan Damian yang termenung.

***

Ada sesuatu yang salah ketika kelas 12-A tanpa guru hampir selama satu jam. Eleni nampak bosan dan begitupun anak-anak lain. Beberapa anak mencoba mengisi waktu kosong ini dengan bermain game asah otak sementara, yang lain mencoba game lain yang bisa dimainkan bersama tanpa harus menguras kapasitas otak mereka.

"Maaf terlambat."

Suara itu membuat semua anak-anak kaget dan langsung memasukan handphone mereka. Beberapa anak masih berusaha memainkan game dari balik buku atau di bawah meja.

"Banyak yang harus diurus pagi ini," kata Pak Hebert sambil mengangkat lengan kanannya.

Anak- anak saling melihat dan berbisik, seorang anak perempuan dari pojok kanan langsung bertanya apa yang terjadi?

Mata Pak Hebert menatap tangan kanannya yang berwarna kehitaman dan dihiasi berbagai handyplast. "Kebetulan tadi malam Bapak lagi dapat musibah, ada orang coba bakar rumah."

Lihat selengkapnya