"Hai Dams."
"Pergilah Jes, kita sudah nggak ada hubungan lagi," balas Damian sambil melewati mantan yang menghadangnya di lorong sekolah.
Jesika mengejar, "tunggu Damian! Aku cuma mau minta maaf."
Damian berhenti dan membiarkan Jesika menyusulnya.
"Sorry karena sudah menyeret kamu dalam urusan ini dan minta lebih."
"Permintaan maaf diterima," ucap Damian dengan enteng dan pergi masuk kelas.
Jesika menghela napas dan kembali menyusul, ia menarik bangku kosong untuk duduk di sebelah Damian. "Aku nggak bisa menyelesaikan ini semua tanpamu."
Kedua bola mata Damian berputar. "GUA UDAH NGGA ADA URUSAN LAGI!"
Beberapa anak melirik pada mereka, membuat Jesika salah tingkah dan lebih berhati-hati berbicara pada Damian.
"Fine Damian! Tapi aku nggak bisa ke polisi karena semua bukti kalau motor itu dibeli dari si Freak ada di kamu."
Damian langsung terlihat kesal, akan tetapi sadar bahwa Jesika tidak kan pernah berhenti sampai bisa mendapatkan apa yang dimaunya. Maka dengan setengah hati. "Ok, gua kirim screen capture bukti transfer dan lo bisa bilang ke polisi buat sekalian periksa nomor rangka."
"Tapi itu nama rekening kamu."
Kali ini Damian menatap Jesika dengan kesal. "Lo bisa bilang kalau motor itu dibeliin sama mantan buat hadiah."
"Thanks Dams," bisik Jesika pelan dan kembali ke mejanya dengan wajah lesu karena, sudah tidak mungkin lagi untuk memperbaiki keadaan dengan Damian.
Setelah itu, Damian membanting buku catatan ke meja. Kenyataan Jesika berada tidak jauh hanya menambah kesal dirinya. Ini mengingatkan dirinya untuk segera mengirimkan screen capture transferan, saat menekan sent perasaan bersalah timbul. Damian melihat ke depan, ke meja yang akhir-akhir ini selalu kosong. Pandangannya kembali menatap layar handphone, membaca percakapan terakhir melalui whatsapp. Jempolnya melayang di atas barisan keyboard, mengetik tiga buah huruf lalu berhenti di atas tombol sent.
"Tumben Eleni?"
"Iya Pak, kangen dengan sekolah."
Percakapan tersebut menarik perhatiannya dari layar handphone, Damian tidak menyadari guru pengganti sudah di depan kelas dari tadi namun, bukan si Guru yang membuatnya tidak berkedip melainkan Eleni. Sekarang rasa bersalah semakin nyata dan itu membuat jempolnya mendarat di atas tombol sent.
Tidak lama Eleni berbalik dan menatapnya. "Hai juga."
Damian hanya diam karena ia mengira Leni hanya kan membaca atau membalasnya via whatsapp.
Guru pengganti meminta perhatian semua murid dengan mengetuk papan tulis. Ia membuat anak-anak kelas 12-A sibuk di jam pertama dengan mencatat berbagai rumus, sementara Eleni malah sibuk menggambar di buku, Damian sibuk memikirkan balasan bagi Eleni dan Jesika sibuk memperhatikan keadaan antara Eleni dan Damian. Hal ini berlangsung sampai jam pelajaran guru pengganti habis.
Saat menunggu guru selanjutnya masuk, Eleni langsung keluar kelas dengan membawa tas. Beberapa anak melihatnya langsung menggelengkan kepala, ada juga yang menyikut temannya untuk memberitahu Leni kabur.
Damian bergegas mengikuti ke luar. "Lo mau pulang?"