"Damian!"
Seketika berbalik, "sial! Apa lagi mau lo?"
"Kamu nggak bisa menyelamat si Freak! Dia sudah di ujung tanduk bersama pacarnya."
Damian menatap dengan wajah kesal, seolah tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.
"Briana yang bilang dan kamu bisa tebak dari mana dia tahu."
"Kenapa nggak urus aja urusan lo sendiri?"
Jesika menghela napas. "Dams, terus terang aku sudah nggak berharap kita bisa balikan lagi tapi, aku nggak mau kamu terlibat terlalu dalam."
Mata Damian langsung melotot. "Apa katamu! Gimana caranya nggak terlibat? Jelas-jelas yang beli motor itu gua."
"Dan sampai di situ saja keterlibatan kamu!" telunjuk Jesika menusuk dada Damian.
Damian langsung menepis telunjuk Jesika. "Nggak bisa! Eleni sama sekali nggak bersalah."
"Cuma karena kamu cinta dia, bukan berarti dia nggak bersalah."
"Tahu apa lo soal cinta?" tantang Damian.
Jesika memalingkan wajahnya, seolah pertanyaan tadi adalah sebuah tamparan telak di wajahnya. "Memang apa rencana kamu buat menyelamatkan si Freak itu? Apa kamu mau bilang ke polisi kalau dia cuma dimanfaatkan oleh pacarnya? Kamu pikir itu bakalan berhasil?"
Damian memicingkan kedua matanya.
"Ini laporan investigasi dari polisi." Jesika menyodorkan sebuah berkas. "Tadi malam pengacara bokap bawain hasil penyelidikan ini dari polisi."
Damian menatap lembaran kertas di hadapannya, kini ia bingung apa yang dikatakan Eleni di lapangan benar? Ataukah Leni berbohong? Matanya menangkap beberapa kata dari paragraf yang diketik dalam berkas. Ia tahu Leni tidak berbohong namun, sama sekali tidak siap dengan kenyataan yang tertulis di berkas tersebut.
"Masih beranggapan si Freak nggak bersalah, cuma gadis manis nan malang yang dimanfaatkan pacaranya?"
"Gua sudah tahu semua, Leni yang bilang sendiri."
"Apa? Kapan?"
"Kemarin di lapangan, waktu gua minta dia tinggalin pacarnya."
"Apa kamu sudah gila?"
"Mungkin," jawab Damian enteng.
"Dengan semua ini, kamu pikir si Freak bisa bebas!" geram Jesika sambil mengibaskan berkas ke wajah Damian.
Damian dengan tenang merapikan rambutnya yang terkena kibasan berkas. "Bukan cuma lo yang bokapnya punya pengacara hebat. Gua bakal minta bokap buat sediain pencara untuk Eleni."
Mata Jesika terbuka lebar dan mulutnya menganga, sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya, jika Damian akan membantu Eleni dengan cara ini. Seketika amarah membakar Jesika. "Kita lihat saja nanti tapi yang pasti, besok si Freak itu bakalan digerebek bareng pacarnya!"
Sekarang giliran Damian yang terbakar amarah, spontan ia menghajar tembok karena tahu tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan Jesika. Sehingga membuat beberapa anak yang berjalan di lorong sekolah berpaling padanya. Namun Damian cuek, ia bergegas pergi menuju parkiran.
Briana yang sedari tadi menyaksikan dari kejauhan mendekat. "Seperti nggak berjalan mulus."
"Si Freak itu udah brainwash Damian."
"Seriusan?"
"Gue udah berusaha buat kasih tahu semua kejahatan si Freak dan Damian masih mau menyelamatkan dia?"