Romi masih bisa menikmati pemandangan bagus di dalam sana.dari kaca swalayan. Gerak tubuh gadis itu memang menawan.
Tapi memang sih, orang kalau sudah cakep, mau di gimanain dandanannya, ya tetep cakep aja!
Sejurus kemudian Juli selesai belanja. Dia keluar dengan tas penuh belanjaan.
Gadis itu menyerahkan kantong kresek pada si ojol yang menunggunya sambil duduk di jok motor trailnya.. Sesaat tadi di dalam dia sempat memperhatikan lelaki yang di balut jaket jeans ini sewaktu membayar di kasir.
Ojol ini sepertinya beda dengan ojol yang lainnya, deh! Batinnya.
Tapi perbedaan itu dia sendiri tidak tahu seperti apa. Yang jelas lelaki yang tak jauh beda usia dengannya itu cakep, berambut ikal sebahu, posturnya jangkung sedikit kurus. Walaupun terlihat selalu kucel tapi wangi Dan Juli suka dengan bau parfumnya.
Romi menaruh belanjaan itu di depannya, ujung kantong kresek itu di ikatnya biar isinya aman.
"Masih mau di lanjut ngelamunnya, atau mau jalan nih...." Romi menahan tawa.
Juli tergeragap. Dia tertawa kecil dan menyembunyikan mukanya yang memerah karena malu.
Mereka sudah keluar dari halaman parkir swalayan tadi. Jam sudah berganti hari. Angin kemarau sedikit membuat tubuh mereka bereaksi. Juli merapatkan duduknya kedepan dan memegang pinggang Romi. Si ojol absurd ini nyengir dalam hati ketika merasakan kelembutan yang menekan pada punggungnya.
"Aku gak muntah lagi kok." Ujar Juli ketika Romi reflek memajukan tubuhnya ketika dia memegang pinggangnya.
Romi jadi tertawa lepas. Lalu membiarkan saja ketika Juli memeluk pinggangnya dan meletakkan kepalanya pada punggungnya.
Sebuah awal kedekatan mereka yang keduanya tidak mau menghindari. Romi tidak merasa jengah lagi. Dan Juli merasakan ada sebuah pintu yang terbuka untuk dirinya masuk dan berlindung di dalamnya. Sebuah kedekatan yang terjadinya singkat. dan apa adanya. Masing-masing merasakan sesuatu yang hilang itu pelan-pelan ada dan tergantikan. Seperti saling memberikan sebuah kenyamanan, Rasa dimiliki serta mendapatkan sesuatu yang selama ini mereka lupakan dan tidak mendapatkannya.
Sebuah rasa kasih sayang yang pernah mereka tinggalkan dan coba lupakan sepertinya kini menyeruak lagi ke permukaan. Datang lagi dalam kehidupan mereka, dalam bentuk yang berbeda tapi mereka menikmatinya. Bahkan merindukannya.
Romi memberi lampu sign kanan ketika mendekati pertigaan jalan Ceremai, masuk melaju lurus kedepan dan sign kiri untuk masuk ke jalan Soetomo.
Di sebuah gang yang lumayan lebar, trail itu masuk dan berjalan pelan.
Motor itu berhenti di depan sebuah gedung berlantai dua yang banyak sekali pintu-pintunya. Ini sebuah tempat kost dimana Juli tinggal. seruas jalan gang ini memang banyak sekali rumah-rumah kost di banding rumah hunian keluarga pada umumnya.
Juli turun untuk membuka pintu gerbang. Romi mematikan mesin motor sekaligus mendorongnya masuk ke halaman depan kamar Juli.
Romi mengedar pandang. Ini tempat kost yang pasti mahal. Batinnya. Semua kamar ber-AC. kamar-kamarnya semua luas tapi tidak terdapat skat. Full seruangan lepas dan hanya ada kamar mandi yang berada di pojok ruangan. Rumah kost ini terdapat dua lantai, perlantainya ada sepuluh kamar yang terdapat dapur luas di tengahnya, untuk di gunakan bersama-sama. peralatan masak memasak komplit di sediakan yang punya kost, Ada meja makan panjang dengan enam kursi.
Di jam segini, dengan waktu yang sudah menuju pagi, masih ada juga penghuni kost yang belum tidur. Bahkan di kamar sebelah Juli, pintunya terbuka. Ada tiga orang gadis cakep-cakep berpakaian seadanya. membuat Romi sedikit susah menelan ludah ketika tanpa sengaja melihat mereka.
"Ehm... Sudah bengongnya?" Juli berdiri di ambang pintu kamar dan mengikuti pandangan mata Romi. Anak muda itu celimusan, malu.M
"Mereka juga sama, kerja kaya aku juga, tapi beda tempat."
Romi mengangguk saja. Lalu duduk di kursi luar samping pintu kamar.