Gardi melompat dan mengayunkan tongkat besi berdurinya secara horizontal dari atas ke bawah. Ran menahan dengan katananya. Lalu sekuat tenaga dia ayunkan katananya ke kanan sehingga membuat Gardi terpental dan berguling tetapi dia langsung berdiri lagi.
“Dari mana kau tahu aku bersembunyi di sini?” tanya Gardi.
Ran menjawab, “Hanya menebak saja. Lagi pula, aku kurang nyaman diikuti oleh dua orang anak buahmu itu,” sambil melirik kepada anak buah Gurdi yang bersembunyi di balik bebatuan besar.
“Instingmu tajam juga. Suni dan Darga yang mengikutimu itu tidak perlu repot-repot menggiringmu ke masi,” Gardi tersenyum lebar.
Ran memasukkan kembali katananya ke dalam sarung. Kemudian dia berlari dan menghunuskan katananya lagi menyerang Gruan. Dengan tenang Garun menahan dengan tongkat besi berdurinya. Mereka kemudian saling menyerang dan menahan. Semuanya terlihat seimbang.
“Kau juga ternyata lumayan,” ucap Ran ketika dia meloncat ke belakang.
“Pantas saja Bedro kalah telak. Ilmi berpedangmu jauh di atas dia,” Gardi tersenyum kemudian dia bersiap lagi.
Setelah menghembus napas panjang, Ran melepaskan capingnya. Lalu dia juga bersiap untuk menyerang atau menerima serangan. Mereka berdua lalu berlari. Ketika mereka sudah dekat satu sama lain, Ran menghunus katananya. Tetapi Gardi melompat dan kakinya menginjak dinding batu besar yang ada di sebelah kiri. Dengan cepat dia ayunkan tongkat besi berdurinya. Ran melompat ke kanan sehingga membuat serangan Gardi meleset dan mengarah ke tanah. Gardi berputar dan menyerang kembali. Ran menahannya dengan katananya. Kemudian dia melompat dan melayangkan tendangan kaki kanan.
Gardi menahan dengan kirinya tetapi karena serangan Ran sangat kuat, dia terpental dan berguling-guling di tanah.
“Aku tidak menyangka seorang ahli pedang mempunyai tendangan yang sangat kuat,” kata Gardi sambil berdiri lalu meludah karena bibirnya berdarah.
“Selain berpedang, aku juga dilatih bertarung dengan tangan kosong,” balas Ran.
Gardi hanya tertawa kecil. Dia kemudian mengayun-ngayunkan pedang besi berdurinya. Sesekali dia putar dengan tangan kanannya. Lalu berlari dan menyerang Ran dengan mengayunkan tongkat besi berdurinya secara vertikal dari kanan ke kiri. Ran menahan dengan katananya dan dengan cepat membalikkan serangan. Gardi menunduk untuk menghindari serangan Ran. Dia lalu mengayunkan kaki kanannya mengarah ke kaki Ran. Namun Ran melompat ke belakang dan memasukkan kembali katananya ke dalam sarungnya.
Dengan cepat Ran kembali berlari lalu menghunuskan katanannya. Gardi menahan dengan tongkat besi berdurinya. Mereka pun beradu kekuatan. Saling mendorong. Decit gesekan suara perpaduan katana dan tongkat besi pun terdengar sangat nyaring.
“Mereka seimbang,” ucap Suni, pria yang berkulit gelap dan rambutnya keriting.
“Sepertinya begitu. Mereka masih adu kekuatan. Senjata mereka masih menempel satu sama lain,” kata Darga, pria kurus dengan janggut tipis.
Gardi melompat ke beakang. Dia berpijak dari bebatuan kecil ke bebatuan besar. Ran mengikutinya sambil menyerang. Sementara Gardi menahan serangan Ran. Ketika mereka berdua sampai di atas batu besar, Ran melayangkan serangan kuat. Gardi menahannya tetapi dia terpental dengan cepat dan tubuhnya menghempas ke bebatuan berukuran sedang hingga batu itu hancur.
Suni dan Darga yang melihat kejadian itu terkejut sampai-sampai mata mereka melotot.
“Bos bisa mati,” Darga panik.
“Kita tolong dia,” Suni berdiri tetapi tangannya ditarik oleh Darga.
“Kau mau cari mati? Lihat si Ran itu. Dia levelnya jauh di atas kita, bodoh!” Darga memukul kepala Suni.
Ran melompat dari atas batu dan memasukkan katananya ke dalam sarungnya. Sementara itu Gardi berusaha bangkit berdiri. Di wajahnya terlihat kemarahan yang luar biasa kepada Ran. Matanya merah, urat-urat di wajahnya terlihat semua. Dia menatap Ran dengan tajam sambil napasnya terengah-engah.
“Baru kali ini aku kewalahan melawan musuh,” kata Gardi.
“Jangan pernah menganggap remeh siapa pun musuhmu,” ucap Ran.
Gardi hanya tertawa menyepelekan. Mereka kemudian bersiap lagi untuk bertarung.
***
Kepala kepolisian kota Sagard, mendapat laporan kalau terjadi pertarungan antara penjahat terkenal Gardi dan seorang pemuda asing. Tentu saja dia terkejut. Sebab Gardi memang penjahat yang paling ditakuti di kota ini. Kepolisian tidak bisa menangkapnya. Sebab, Gardi cukup licin dan pandai sekali menyamar. Terlebih lagi, dia mempunyai ilmu bela diri yang cukup tinggi. Peluru saja tidak cukup untuk menahannya.