Roommate

Kurayui
Chapter #5

V

Untuk ukuran sebuah asrama sekolah, asrama di sekolah pilihan Davinia memang mewah. Setiap kamar memiliki kamar mandi dan mesin cuci sendiri, selain itu juga ada AC. Pantas saja jika sekolah itu masuk dalam jajaran sekolah termahal di Indonesia.

 

Davin gusar. Ia berusaha memejamkan mata, tapi tetap saja tak bisa dan masih terjaga. Ia menengok ke ranjang sebelah, Yoanta sudah terlelap. Posisinya tidak berubah sejak ia naik ke atas ranjang: tidur menghadap tembok, membelakanginya.

Davin mendesah. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia hanya perlu menyesuaikan diri. Apa yang sedang ia alami malam ini hanyalah proses, proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru. Ia mengubah posisinya menjadi telentang dan menatap langit-langit kamar. Yoanta tidak bisa tidur dalam keadaan gelap, karenanya gadis itu memasang lampu tidur. Karena adanya lampu tidur itu, suasana di dalam kamar menjadi temaram.

Tadinya ia berpikir akan sangat mengerikan menjadi satu kamar dengan seorang anak perempuan. Yang Davin tahu, para gadis itu selalu ribut. Teman-teman Davinia selalu seperti itu ketika mereka ke rumahnya, tapi Yoanta berbeda. Hampir 24 jam bersama, Yoanta lebih banyak diam. Ketika menemukan ngengat siang tadi, gadis itu jadi sedikit banyak bicara. Selebihnya gadis itu diam, hanya bicara seperlunya. Ketika tiba jam mandi sore, Yoanta juga bersikap sopan. Tidak mengajak Davin mandi bersama.

Davin memiringkan kepala. Keningnya berkerut. Apa yang aku pikirkan? Dasar! Lagian mana mungkin dia ngajak aku mandi bareng di hari pertama pertemuan kami. Kecuali dia gila!

Davin kemudian tersenyum, menertawakan dirinya sendiri. Pernah sekali waktu teman-teman Davinia menginap di rumahnya, entah karena malam harinya para gadis itu begadang atau karena sebab lainnya, mereka terlambat bangun. Demi menghemat waktu, ada teman Davinia yang mandi bersama. Bagi Davin hal itu sangat menjijikkan. Bagaimana mereka bisa telanjang di depan satu sama lain? Begitu pikirnya.

Walau teman-temannya ada yang pernah mandi bersama usai pelajaran olahraga di kamar mandi sekolah, Davin sama sekali tak pernah tertarik untuk bergabung. Lebih baik terlambat mengikuti pelajaran berikutnya karena mengantre mandi daripada harus mandi bersama. Lagi pula tidak pernah ada yang ada berani mengajaknya mandi bersama, baik itu teman satu gengnya. Davin terlalu dingin dan terkesan killer. Jadi, siapa berani mengganggunya?

Davin merasa geli dengan pemikirannya sendiri. Kadang ia merasa olokan Davinia untuknya benar adanya: ia terlalu serius dan pemikir. Bahkan kadang hal-hal yang tak perlu pun ia pikirkan sampai mendetail.

Davin membetulkan posisi kepalanya di atas bantal, masih menatap langit-langit kamar. Ia teringat ucapan Yoanta tentang gosip kamar 41 yang katanya angker dan tiba-tiba merasa ngeri. Ketikan menoleh, ia dibuat terkejut, Yoanta sudah duduk di tepi ranjang. Dengan rambut keriting panjangnya yang terurai, gadis itu terlihat mengerikan. Seperti sosok hantu yang tiba-tiba muncul dalam film horor kebanyakan.

Yoanta bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi. Davin bangkit dari tidurnya dan duduk di atas ranjang. Bibirnya mengerucut, menggumam tak jelas karena kesal pada ulah Yoanta yang mengejutkannya.

“Nggak bisa bobok ya?” Yoanta kembali dari kamar mandi. “Butuh penyesuaian emang. Maaf ya, aku sering bangun tengah malam untuk buang air kecil.”

Jelas aja, minumnya kayak sapi yang lagi diglonggong! Protes Davin dalam hati. Ia sempat heran melihat bagaimana Yoanta minum air putih. Satu botol air mineral besar, bisa dihabiskan gadis itu dalam waktu kurang dari satu jam.

“Kamu nggak tahan panas ya? Nggak papa nyalain aja AC-nya. Nanti aku pakai selimut. Aku milih ranjang itu karena posisinya nggak langsung kena AC.”

Tidur dengan mengenakan wig jelas membuat Davin kepanasan, tapi karena Yoanta tak tahan AC, ia pun mengalah untuk tidak menyalakan AC.

Yoanta berjalan menuju meja belajar dan mengambil remote AC lalu menyalakan AC. “Segini cukup?” ia menatap Davin yang duduk di atas ranjang.

Lihat selengkapnya