Roommate

Kurayui
Chapter #7

VII

Usai mandi Davin ketiduran dan tiba-tiba terbangun karena teringat wig yang belum ia kenakan. Davin terdiam usai mengenakan wig, karena nyawanya baru terkumpul semua, kemudian ia teringat Yoanta yang belum juga kembali. Padahal jam sudah menunjukkan pukul lima lebih seperempat sore. Biasanya gadis itu kembali ke kamar pada pukul setengah lima sore.

 

“Kenapa dia belum balik?” gumam Davin yang kemudian teringat peristiwa di kolam. “Ah! Pasti masih sidang. Semoga Erlinda kena hukuman. Kenapa cewek mengerikan seperti itu ada di setiap sekolah?” ia bergidik mengingat bagaimana Erlinda memaksanya untuk masuk ke kolam.

“Huft.…” Davin menghela napas panjang. “Hari ini Ina dan Kak Yoan bekerja keras untuk membelaku. Mereka gadis-gadis yang berbeda,” ia tersenyum ketika kembali teringat momen di kolam. “Ternyata ada gadis yang bisa berpikir logis dan bijak seperti Kak Yoan. Dia masih melindungi harga diri anggotanya di depan junior. Dia juga baik dan perhatian padaku. Vini beruntung mendapatkannya sebagai roommate.”

Davin bangkit dari duduknya, berjalan menuju meja belajar, menarik kursinya dan duduk. Ia mengambil secarik kertas dan mulai membuat coretan, menggambar ucapan terima kasih untuk Yoanta. Selesai dengan kertas di hadapannya, Davin pun bangkit, berjalan menuju pintu dan menempelkan kertas hasta karyanya di daun pintu bagian dalam. Ia tersenyum puas melihat kertas itu.

***

Yoanta kembali saat jam makan malam dan kondisi kamar kosong. Ia benar-benar lelah hari ini. Bukan hanya karena kegiatan MPLS, tapi juga karena sidang panitia yang digelar setelah kegiatan MPLS hari kedua usai.

Yoanta memang kesal pada ulah Erlinda, tapi ia menolak bisikan yang membujuk dirinya untuk mempermalukan Erlinda di depan junior dengan membatalkan kegiatan di kolam renang. Beruntung Erlinda berulah di depan Davinia dan Ina, jadi ia tak perlu sungkan untuk menegur Erlinda di depan dua juniornya itu.

Sikap Yoanta yang berusaha melindungi rekannya di depan junior mendapat protes keras dari anggota OSIS dan MPK yang tak menjadi panitia. Mereka adalah murid tingkat III yang bertindak sebagai pengawas kegiatan MPLS. Pro dan kontra di antara senior lah yang menjadikan sidang berjalan cukup lama.

Yoanta berjalan menuju meja belajarnya, menarik kursi dan duduk di atasnya sembari meraih botol berisi air mineral yang kemudian ia teguk isinya banyak-banyak. Selesai dengan air minumnya, Yoanta berjalan ke teras untuk mengambil handuk. Ia harus mandi untuk mendinginkan badan dan kepalanya. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar mandi ketika kedua mata bulatnya menangkap secarik kertas yang tertempel di daun pintu bagian dalam. Ia meraih kertas itu.

 

Seonbaenim, terima kasih untuk hari ini. Seonbaenim sudah bekerja keras untukku sejak aku masuk ke sekolah ini. Benar-benar terima kasih. Maaf aku belum bisa berbicara secara langsung dengan Seonbaenim. Karenanya, aku menulis pesan ini. Sekali lagi terima kasih untuk semuanya. Yoan Seonbaenim, jjang!

Your roommate.

Davinia.

 

Yoanta tersenyum usai membaca pesan yang ditinggalkan Davin. “Apa semua orang Korea kayak di drama? Yah, ini manis. Jjang? Aku keren??” ia tersenyum dan kembali ke meja belajar untuk menaruh kertas berisi pesan yang ditulis Davin.

“Apa sesorean tadi dia menulis dan menggambar di atas kertas ini?” Yoanta mengelus kertas di atas meja. Kertas itu tak hanya berisi tulisan tangan Davin, ada beberapa coretan gambar yang turut menghiasi kertas berisi ucapan terima kasih itu. Lagi-lagi Yoanta tersenyum, kemudian kembali menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Lihat selengkapnya