Roommate

Kurayui
Chapter #10

X

Davin lega. Akhirnya ia bisa kembali ke asrama. Menjadi pengurus kelas benar-benar melelahkan. Padahal ia sudah berusaha membawa buku sebanyak yang ia bisa agar tak perlu bolak-balik ke perpustakaan yang lokasinya cukup jauh dari kelasnya. Tapi, tetap saja aktivitas itu membuatnya lelah.

 

Saat berjalan menuju asrama, ia mendengar pengumuman bahwa seluruh anggota OSIS diminta berkumpul di kantor OSIS. Davin tersenyum semakin lebar. Itu artinya dia bisa berlama-lama di kamar tanpa harus mengenakan wig. Ia jadi bersemangat hingga langkahnya bergerak semakin cepat.

Davin tiba di kamarnya. Ia mengunci pintu dan sengaja tak menarik kunci dari lubang kunci. Dengan begitu ia bisa tahu jika Yoanta datang. Walau berada sendirian di kamar, Davin selalu mengawasi seluruh penjuru kamarnya terlebih dahulu sebelum membuka semua atribut yang membantu penyamarannya.

Setelah yakin situasinya aman, Davin pun melepas wig yang ia kenakan. Ada rasa lega yang teramat sangat setiap kali ia melepas rambut palsu yang selalu membuatnya merasa gerah itu. Selesai dengan wig, Davin beralih melepas seragam yang tak kalah membuatnya tersiksa. Dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Merasakan kebebasan.

Davin menatap langit-langit kamar. Ia mulai melamun. Bahkan, hampir terlelap ketika ia tiba-tiba mendengar suara pintu lemari terbuka. Davin mengangkat separuh badannya dan melihat ke arah belakang tepat lemari milik Yoanta berada. Mata sipitnya terbelalak melihat ada lima jari memegang pintu lemari Yoanta yang terbuka perlahan.

Davin bergegas bangkit, meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang bertelanjang dada. Ia merapatkan punggungnya pada tembok. Kedua matanya masih terfokus pada lemari Yoanta. Ia ketakutan, hingga meremas selimutnya. Ada lima jari sedang memegang daun pintu lemari. Selanjutnya, mungkin saja akan keluar sosok gadis berambut panjang yang menutupi seluruh wajah dan merangkak seperti dalam film horor kebanyakan.

Apakah itu hantu? Tuhan, aku mohon lindungi aku. Davin memalingkan wajah dan memejamkan mata.

***



Yoanta tidak bisa berhenti memikirkan Davinia. Ia duduk dengan gusar di dalam perpustakaan usai melihat data teman sekamarnya itu. Otaknya terus menduga-duga tentang siapa Davinia sebenarnya. Bel tanda istirahat membuyarkan lamunannya. Baru ia sadar jika ia sudah terlalu lama tinggal di perpustakaan.

“Kamu ini cukup betah ya kalau melamun!” ujar gadis penjaga perpustakaan. “Berulang kali aku ajak ngobrol, kamu nggak kasih respon.”

“Eh? Iya kah?”

“Iya. Sejak kamu selesai dengan komputer. Kenapa? Kalah lomba fotografi ya?”

Yoanta tersenyum. Rupanya di sekolah ia cukup dikenal dengan hobi fotografinya. Ia lega. Setidaknya ia bisa menjadikan ketenaran itu sebagai tameng. Ia pun menganggukkan kepala.

“Kalah dalam lomba kan udah biasa. Jangan larut dalam kesedihan. Nanti pasti ada kesempatan lagi buat kamu. Jangan lelah berusaha ya!”

“Terima kasih, Kak.”

“Sudah pergi makan sana! Biar nggak blank.”

“Hehehe. Iya.” Yoanta bangkit dari duduknya dan bersiap pergi. “Terima kasih untuk komputernya.”

“Jangan lupa coklatnya!”

“Beres!”

“Hahaha. Aku hanya bercanda Yoan.”

It’s OK! Kan aku udah janji.”

Lihat selengkapnya