Rose of Gaming House

Moh. Fauzil Adhim
Chapter #8

Apa yang Terjadi?

Di lantai satu GH, tepat menghadap layar televisi besar yang menyala, Juna duduk bersisian dengan Billa. Mereka akur seperti biasa. Menonton drama Korea bersama, dengan sesekali cekikikan saling bercanda. Tak ada kesibukan apa pun lagi. Urusan pengumuman hasil trial juga telah usai.

Billa mencomot segenggam keripik dari meja. Membaginya dengan sang kakak.

“Ngomong-ngomong, kenapa sih kok lu kayak benci banget sama si Akar, Bil?” Tanya Juna, setelah menyelesaikan kunyahan keripik.

“Akar apaan? Akar rumput?”

Juna terkekeh. Candaan Billa memang tidak lucu, tapi Juna tergelitik melihat adiknya kesal hanya karena mendengar nama ‘Akar’.

“Ngeselin,” jawab Billa. Sebelum sempat Juna mengulang bertanya.

“Cuma karena itu?”

“Iyalah, apa lagi?”

“Kok sampe nolak banget dia masuk Brawler Box?”

“Bukan karena itu ih. Gue enggak pernah ambil keputusan cuma karena emosi kali, Kak. Termasuk keputusan soal si Arka juga. Kak Juna kayak enggak kenal adik sendiri deh, aneh,” jawab Billa disertai dengus. Ia lalu mengambil segenggam keripik, mengunyahnya brutal tepat di depan muka Juna. Seolah-olah menegaskan jika Juna bisa saja berakhir malang seperti keripik di sela-sela giginya.

Tingkah Billa itu sukses membuat Juna cekikikan.

“Tapi serius nih, Bil. Enggak biasanya lu gini. Kalau lu enggak suka sama cara dia main WoV, biasanya ya lu tetep bisa akrab sama orangnya di luar itu.”

“Kan itu biasanya, Kak.”

“Berarti si Akar luar biasa?”

“Luar biasa ngeselin!”

Tawa kecil kembali lepas dari bibir Juna. Sementara Billa makin bersungut.

“Tapi, kalau ntar dia udah di GH, jangan lu musuhin mulu, Bil.”

“Lah kenapa?”

“Ya kan keharmonisan tim tuh salah satu kunci buat juara.”

Billa terdiam. Ia sadar apa yang dikatakan Juna memang benar. Tapi, ia sama sekali tak memiliki niat untuk berteman dengan Arka.

“Biasanya, hubungan lu sama anak-anak kan gitu. Kayak musuh pas lagi sesi. Tapi bisa temenan di luar sesi. Lu juga harus bisa gitu ke Arka. Jan sampe kalian musuhan terus luar dalem,” lanjut Juna.

“Iya iya,” jawab Billa sungkan.

Merasa pembahasan itu membuat suasana menjadi canggung, Juna segera berdiri.

“Mau minum apa, Bil? Biar gue beliin. Kering kan pasti mulut lu dari tadi ngunyah keripik.”

“Tumben mau beli minum, biasanya juga nyuruh gue.”

“Mumpung gue lagi baik nih. Kalau enggak mau ya udah,” Juna pura-pura beranjak.

“Eh, Kak!” Sigap, Billa melompat. Menerkam dua pundak Juna dengan jemari kecilnya. Menahan Juna.

“Mau kok, apaan ih gitu aja ngambek!”

Juna tergelak. “Enggak-enggak, ya udah bilang mau minum apa?”

“Samain aja kayak punya Kak Juna.”

“Oke, sini duitnya.”

“Lah? Katanya mau beliin!”

Lihat selengkapnya