Gadis itu tersenyum kecut. “Perusahaan tempat saya bekerja dulu itu tidak menerima mobil bekas, Om,” jawabnya singkat.
Mukanya tampak muram mengingat perusahaan yang memberhentikannya sepihak akibat berbulan-bulan dirawat di rumah sakit. Begitulah kalau bekerja ikut orang, sesalnya dalam hati. Bisa di-PHK kapanpun kalau dianggap tak berguna lagi.
Edward yang menyadari perubahan ekspresi gadis itu berusaha memancing, “Berapa lama kamu bekerja di tempat itu, Rose?”
“Dua tahun, Om.”
“Lumayan juga. Kenapa berhenti?”
“Saya diberhentikan, Om,” jawab gadis itu sambil menatap Edward. Sorot matanya tampak terluka. “Karena terlalu lama dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan setelah Papa meninggal itu.”
“Oh, kejam sekali, ya,” komentar lawan bicaranya menunjukkan keprihatinannya. “Padahal itu bukan kesalahanmu. Namanya musibah, siapa yang minta?”
“Begitulah, Om,” sahut gadis itu getir. “Risiko bekerja ikut orang. Kapanpun bisa dipecat begitu dianggap tak berguna lagi. Jadi kapok rasanya melamar kerja lagi. Tapi kalau saya nggak bekerja, bagaimana bisa menghidupi keluarga di Balikpapan?”
Mata Rosemary berkaca-kaca. Entah mengapa dia merasa nyaman berbicara dengan pria yang umurnya jauh di atasnya ini. Seperti curhat dengan ayahnya dulu ketika masih hidup.
“Maafkan Om, sudah membuatmu bersedih,” kata Edward lembut seraya menyodorkan sehelai tisu kepadanya. Gadis tersebut menerimanya sambil mengucapkan terima kasih. Dihapusnya air mata yang mulai mengalir.
“Minumlah, Rose. Supaya kamu lebih tenang,” saran pria itu lembut. Senyumnya yang hangat begitu menenangkan hati Rosemary. Diturutinya anjuran agen asuransi tersebut. Setelah meneguk pelan-pelan teh hangatnya, hatinya mulai terasa tenteram.
“Maafkan kata-kataku ini,” ucap Edward kemudian. “Tapi aku sempat mendengar dari nasabahku di Balikpapan bahwa papamu bangkrut. Toko dan rumah kalian disita oleh bank. Benarkah demikian?”
Rosemary mengangguk mengiyakan. Tak ada gunanya mengelak. Ayahnya termasuk pengusaha lama di kota itu. Kenalannya banyak dan desas-desus menyebar dengan cepat di sana. Agen asuransi sekelas Edward yang mempunyai banyak nasabah kaya di Balikpapan pasti telah mendengar tentang keterpurukan kondisi finansial keluarganya.