Rosemary's Life Story

Sofia Grace
Chapter #10

Berkunjung Ke Kantor Edward

“Gimana kalau setelah ini kamu kuajak melihat-lihat kantor tempatku bekerja? Supaya wawasanmu semakin terbuka mengenai bisnis asuransi,” usul Edward sembari tersenyum manis sekali, Rosemary jadi semakin sungkan. Sudah dibantu menjualkan mobil dengan harga tinggi dan ditraktir makan enak, masa mau menolak permintaan sesederhana itu? cetus gadis itu dalam hati.

Mau tak mau dia mengangguk. Edward senang sekali. “Good, Rose. Mumpung masih muda, kamu harus mempertimbangkan segala peluang di depan mata. Ingat, kesempatan emas jarang datang dua kali. Begitu kamu melewatkannya, orang lain yang akan menggantikan dirimu meraih kesuksesan!”

Gadis itu meringis. Dia tak mengerti maksud perkataan pria ini. Bagaimana dia bisa begitu yakin aku mampu mengikuti jejak kesuksesannya di bidang yang sama sekali asing bagiku? ucap hati kecilnya penuh tanda tanya. 

“Maafkan saya sebelumnya, Om,” katanya hati-hati. “Kalau setelah melihat-lihat kantor Om saya masih ragu-ragu untuk bergabung, mohon dipahami. Saya ini kurang banyak pengalaman dalam bekerja. Apalagi di bidang marketing….”

“It’s ok. Ini bukan pertama kalinya seorang gadis sepertimu ragu-ragu terjun ke bisnis asuransi. Justru yang seperti kamu inilah yang biasanya sukses, Rose. Karena tak mudah mengambil keputusan. Selalu mempertimbangkan segala sesuatunya baik-baik. Tapi begitu tekad sudah bulat, kamu pasti akan berusaha semaksimal mungkin agar keinginanmu tercapai!”

Sorot mata Edward tampak menyala-nyala. Nada suaranya begitu berapi-api. Jiwa kepemimpinan orang ini tinggi sekali, puji Rosemary dalam hati. Semoga saja apa yang dikatakannya benar. Aku tak mau mengecewakan orang sebaik ini.

Demikianlah, setelah menghabiskan hidangan masing-masing, Edward langsung menyelesaikan pembayaran dan mengajak gadis anak mantan nasabahnya itu berkunjung ke kantor asuransi tempatnya bekerja.

***

“Wah, kantornya megah sekali ya, Om,” puji Rosemary menyaksikan gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Lahan parkirannya pun luas, kita-kira mampu menampung lima puluh buah mobil. 

Tiba-tiba dahi gadis itu berkerut. Dia sepertinya teringat sesuatu. “Maaf, Om. Kalau tidak salah, bukankah tempat ini dulunya bekas showroom dan bengkel mobil, ya? Sudah lama mangkrak dan tak terawat. Eh, ternyata sekarang sudah berubah menjadi gedung sekeren ini.”

Edward mengangguk membenarkan. “Betul, Rose. Ini memang bekas showroom dan bengkel mobil. Sudah lama disita bank karena bangkrut. Bertahun-tahun nggak laku. Akhirnya Bu Teresa, pemilik kantorku yang membelinya. Gedung lama diambrukkan lalu dibangun gedung baru tiga lantai yang sekarang kamu lihat ini. Bagus, kan? Ayo, kita masuk.”

Rosemary mengikuti laki-laki itu memasuki pintu kaca. Mereka langsung berhadapan dengan meja resepsionis yang mewah seperti dalam salon kecantikan. “Selamat sore, Pak Edward,” sapa seorang gadis berjilbab coklat muda sambil tersenyum.

“Selamat sore, Indah,” sahut pria itu ramah. “Bu Teresa ada?”

Lihat selengkapnya