Part 3
Ujian nasional telah berlalu dengan cepat, membuat murid-murid kelas XII senang dengan berakhirnya Ujian tersebut. Aktivitas mereka pun tidak lagi padat, bahkan hanya masuk sekolah dan sudah tidak ada lagi meteri yang di pelajari kembali. Namun, berbeda dengan Nadya. Ia justru tak berkutat dari pagi hingga siang,dan memilih diam di perputakaan dengan beberapa tumpukan buku.
“Wedew… serius amat, Neng.” Ucap Candra tiba-tiba. Nadya menoleh ke arah dua sahabatnya itu yang baru datang sambil membawa tiga milk shake. Tiara langsung menyodorkan milk shake favorit Nadya.
“Di minum dulu, Neng! Kasihan tenggorokannya kering. Hahahaha…” goda Tiara. Nadya tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya yang selalu membuat lelucon.
“Thanks ya!” ujar Nadya.
“Perasaan ujian udah berlalu deh, Nad. Kok lo masih aja ke perpustakaan. Belajar apaan sih?” kepo Candra lalu membuka beberapa buku yang ada di hadapanya.
“Swiss?! Lo mau kuliah di sana, Nad?” ujar Candra terkejut.
“Stststststs….! Jangan keras-keras, Can.” Tegur Nadya
“Berarti bener, donk? Lo mau pisah gitu sama kita? apa kita ada buat salah sama lo, samapai lo mau pergi sejauh ini?” ujar Candra dengan beribu-ribu pertanyaan alay dan membuat Nadya serta tiara tertawa kecil, melihat gaya bicara Candra yang sok mendramatis.
“Ah dasar alay, eh tapi beneran, Nad?” gantian Tiara yang bertanya-tanya.
“Jadi, Gue minta doa-nya ya dari kalian. Kemarin gue baca di Koran, disana tertera beasiswa yang diadakan dari universitas di Jenewa,Swiss. Dan gue merasa tertarik dengan itu.” Jelas Nadya lalu tersenyum.
“Ah!!! Enggak seru lo mah, masa kita harus jauh-jauhan begini. Padahal nih, ya. gue pengen banget kita satu kampus di UI.” Ujar Candra sedih.
“Tapi, kalian tahu sendiri kan. Gimana keluarga gue? Gue aja bersyukur banget bisa dapet beasiswa disini.” Ucap Nadya. Kedua sahabatnya pun langsung memeluk Nadya erat,
“Semoga lo bisa dapetin beasiswa itu, Nad. Gue dukung!” ujar Tiara.
“Gue juga, deh. Walaupun kita bakal berjauhan nantinya. Semoga waktu dapat mempertemukan kita lagi.” Tambah Candra.
“Iya, makasih. Gue bersyukur punya sahabat seperti kalian.” Jawab Nadya dan mempererat pelukan.
“Belum juga berangkat, udah perpisahan aja.” Sindir seseorang. Ketiga cewek yang sedang berpelukan pun menoleh ke arah sumber suara tersebut.
“Sedih, sih.” Jawab Candra dan pelukan mereka pun terlepas, setelah melihat Adrian dengan senyum nakalnya.
Mereka pun berhasil membawa Nadya keluar dari perpustakaan, akibat menimbulkan suara bising dan di tegur oleh pak Bowo, selaku penjaga perpustakaan. Setelah bel sekolah berbunyi, dan pertanda untuk pulang. Seperti biasa, Nadya bergerak cepat menuju toko roti tempat ia bekerja. Dari kejauhan Adrian memperhatikan gerak gerik Nadya yang tampak mencurigakan. Seperti sedang menghindar dari seseorang, ia pun mengikuti Nadya yang entah akan pergi kemana.
Motor Adrian berhenti di sebrang jalan, tepat di depannya terdapat sebuah Toko Roti yang berukuran cukup besar. “Ngapain Nadya ke toko roti? Dan kenapa gerak-geriknya aneh?” ucap Adrian bertanya-tanya, ia mencoba menunggu Nadya dan hampir setengah jam, seseorang yang ditunggu tak kunjung keluar, Dengan rasa penasaran Adrian pun masuk ke dalam toko roti tersebut.
Matanya mendapati gadis yang ia suka tengah menjaga kue yang tertata apik di etalaser. Nadya terkejut saat melihat Adrian masuk dan mentapapnya penuh dengan tanda tanya.
“K-ok lo, a-da disini?” tanya Nadya terbata-bata,
“Gue perlu ngomong sama lo, Nad. Gue tunggu di luar!” ujar Adrian dan berlalu begitu saja. Nadya merasa tak enak hati telah menyembunyikan rahasia ini, padahal ia telah berjanji pada Adrian tidak akan merahasiakan sesuatu.
“I-an, lo jangan marah donk!.” Pinta Nadya sambil memegang lengan Ian, kini lelaki tersebut tengah membelakangi Nadya, sesekali memijat pelipisnya.
“G-ue minta maaf, gak pernah cerita ke lo. Karna, kalo g-ue..” ucapan Nadya terputus saat tiba-tiba Adrian memeluk Nadya.
“Gue udah pernah bilangkan? Kalo lo butuh apa-apa bilang sama gue, Nad.” Jelas Adrian dalam pelukannya. Nadya paham maksud Adrian, ia tahu bahwa sahabatnya tidak mau dirinya terlalu berusaha keras sampai harus membanting tulang seperti ini. Nadya merenggangkan pelukan Adrian, lalu menatap sahabatnya itu dengan tatapan sendu.
“Cuman ini yang bisa jadi tabungan gue nanti. Gak seharusnya gue jadi beban buat lo, Ian.” Ucap Nadya lalu mengenggam tangan Adrian dengan penuh keyakinan.
“Inget ya, Nad! Gue enggak pernah merasa terbebani dengan adanya lo. Karna-..” ucapan Ian terputus, hampir saja dirinya mengutarakan perasaanya selama ini. Ia tidak mau gegabah dalam mengungkapkan persaan ke Nadya, sebab Nadya berbeda dengan cewek lain. Dalam hidup Nadya, cinta berada dalam urutan nomor ketiga.
“Karna apa, Ian?” tanya Nadya penasaran.
“Ya… karna lo temen gue dari dulu, Nad.” Bohongnya, jujur hati Adrian terasa sakit saat ia membohongi Nadya sekaligus perasaanya sendiri.
“Makasih, atas semua perhatian yang udah lo kasih ke gue. Tapi, untuk kali ini. Gue harus nabung buat masa depan gue, Ian. Lo harus ngerti! Gue masuk dulu, ya.” ucap Nadya lalu tersenyum dan melangkah meninggalkan Adrian.
--------
-Marshmellow Squad-
Candra : Guys, jangan lupa nanti malam datang ke acara prom night!.
Tiara : Okey.
Nadya : Gue usahain, yah!
Athlan : Wah, lo harus ikut, Nad. Ini kan acara terakhir kita.
Vea : bener, Nad.
Candra : Nah, loh! Kasihan deh Nadya, dikeroyok wkwkwkwk :v
Tiara : Pokoknya Nadya harus ikut!
Bagas : Perlu tumpangan, nggak Nad? Gue siap, kok. Hehehehehe
Athlan : Ntar ada yang cemburu, Gas.
Bagas : Siapa? Nadya udah punya pacar?
Nadya : Apaan sih lo pada, enggak minat gue mah pacaran wkwkwk
Bagas : terus minatnya apa, Nad? Apa mau gue nikahin wkwkwkwk (kidding)
Athlan : bisa aja, lo. Mana si Adrian? Kok kagak muncul. Biasanya langsung nyamber.
Adrian : berisik woiii!!!! L
Tiara : muncul juga lo, ke mane aje bang?